Minggu, 29 Juli 2012

Kandungan Surah Al-Baqarah Ayat 23 sampai 24

Ayat 23:


وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ
وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ


“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[1] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”.
Penjelasan Ayat

Penjelasan ayat ini bahwa sebelumnya Allah SWT telah menetapkan pokok agama, yaitu tauhid yang merupakan kegiatan spiritual beribadah, maka pada ayat ini Allah menetapkan pokok agama yang kedua, yaitu kerasulan: Nabi Muhammad SAW. Hal ini terjadi melalui cara pembuktian (tantangan): “Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami turunkan kepada hamba Kami Muhammad SAW, maka buatlah satu surat (saja) dari yang semisal surat-surat yang ada dalam al-Qur’an, sekiranya kamu tidak mampu membuatnya karena kelemahanmu, maka jagalah dirimu dari api neraka yaitu dengan beriman kembali kepada wahyu ilahi dengan beribadah kepada Allah SWT sesuai dengan apa yang telah disyari’atkan-Nya”.
PETUNJUK AYAT

Diantara petunjuk ayat:


Pengukuhan kenabian Rasul SAW yang dimantapkan dengan turunnya al-Qur’an.
Menguatkan kelemahan manusia untuk membuat satu surat saja seperti surat-surat yang ada dalam al-Qur’an.


Api neraka dapat dijauhi dengan keimanan dan amal yang shalih.

Tantangan untuk itu tetap berlaku namun belum ada mereka yang mampu membuatnya, walaupun satu surat saja.

Ayat ini dalam bahasa Arab namanya tahaddi yaitu tantangan. Di Mekkah dan Madinah zaman dahulu, bukan sedikit ahliahli syair dan Kahin (tukang mantra) yang dapat mengeluarkan kata dengan tersusun rapi. Namun tidak ada satupun yang dapat menandingi al-Qur’an. Bahkan sampai kepada zaman kita sekalipun, bangsa Arab masih tetap mempunyai pujangga-pujangga besar, akan tetapi mereka tetap tidak sanggup untuk membandingkan apalagi mengadakan satu tantangan dengan alQur’an. Seorang pujangga arab terkenal Dr.Taha Husain[2], mengatakan bahwa bahasa Arab itu mempunyai dua macam sastra, yaitu prosa (manzhum) dan puisi (mantsur) dan yang ketiga ialah al-Qur’an. Beliau tegaskan bahwa al-Qur’an bukan prosa, bukan puisi, al-Qur’an ialah al-Qur’an. Tahaddi atau tantangan itu akan terus tejadi sampai akhir zaman. Dan untuk merasai betapa hebatnya tantangan dan betapa pula matinya jawaban atas tantangan itu, sebaiknya kita mengerti bahasa Arab dan dapat membaca al-Qur’an itu. Dengan demikianlah kita akan mencapai satu keyakinan (‘ain al-yakin) dari tantangan ini. Semakin bertambah kita mendalaminya, mempelajari sastra-sastra dan tingkatan-tingkatan kemajuannya, semakin bertambah yakinlah kita bahwa tidak dapat dikemukakan satu surat pun untuk menandingi al-Qur’an. Apalagi surat alBaqarah yang terdiri dari 286 ayat, terlalu panjang untuk kita jadikan sebagai tandingan, surat-surat yang pendek seperti al-lkhash, surat alKautsar, itupun tidak ada manusia yang kuasa membuat surat tandingan untuk melawan dia (al-Qur’an).



Ibnu Jauzi di dalam kitabnya Zaad al-Masir menerangkan sebab turunnya ayat ini karena orang Yahudi[3] mengatakan bahwa ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad selama ini tidak menyerupai wahyu. Dengan demikian, mereka dalam keadaan syak (ragu), kemudian turunlah ayat ini.

Setelah Allah menyebutkan dalil-dalil bukti tauhid sebagai hujah ke atas nabi, maka datanglah segala pembuktian kemukjizatan al-Quran melalui ayat ini.


Maksud buatlah satu surat (saja) yang seperti al-Quran, yaitu buatkan satu surah yang seperti al-Quran dari segi balaghah, fasahah dan keterangannya. Imam Al-Syaukani dalam tafsirnya Fath al-Qadir berkata, “Yang seperti itu, kembali kepada al-Quran”.

Syeikh Rashid Ridha menyatakan bahwa yang ditarjihkan oleh gurunya, Syeikh Muhammad Abduh, seperti itu kembali kepada nabi Muhammad adalah khusus dalam ayat ini, tidak menafikan kelemahan untuk mendatangkan dengan surah seperti surah-surah al-Quran sekalipun jumhur berpendapat yang lain. Allah memberikan satu tantangan kepada manusia mengenai isi dan kebenaran al-Quran dengan tiga tantangan sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama kalam, iaitu:
Memberikan tantangan untuk membuat al-Quran secara keseluruhan seperti dalam surah Al-Isra’
Tantangan untuk membuat sepuluh surah saja seperti dalam Surah Huud
Tantangan untuk membuat satu surah sebagaimana dalam ayat ke-23 ini.

Pendapat lain mengenai kalimat seperti itu kembali kepada kitab Taurat dan Injil karena makna datangkan dengan surah daripada kitab-kitab seumpamanya, sudah tentu hanya sesuai dan layak dengan kitab-kitab seperti itu. Selanjutnya, Allah menantang mereka dengan kenyataan-Nya: dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah yang bermaksud panggillah pembantu-pembantu kamu yang dapat menolongmu dalam perlawanan menentang al-Quran. Dengan maksud meminta tolong dengan siapa yang kamu kehendaki selain daripada Allah. Al-Baidhawi berkata, “Makna ayat ini adalah mengajak dan memanggil baik itu manusia, jin ataupun tuhan-tuhan selain Allah, niscaya mereka tiada mampu dan kuasa untuk mendatangkan surah seumpama al-Quran kecuali Allah juga.”

Ibnu Jauzi berkata, “Terdapat tiga tafsiran pada kalimat penolong-penolongmu, iaitu:
Tuhan-Tuhan mereka, ini seperti yang diungkapkan Ibnu Abbas, al-Suddi, Muqatil dan Farra’
Mereka yaitu pembantu-pembantunya, seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Abbas.
Datangkanlah manusia untuk menyaksikan apa yang kamu buat seperti dalam al-Quran, sebagaimana pendapat Mujahid. Adapun Ibnu Abbas memberikan pendapat mereka (yang masih ragu) menganggap bahwa Al-Quran datang bukan dari Allah.


Al-Samarqandi berkata, “ayat-ayat ini merupakan asal dan sumber bagi semua apa yang dikatakan oleh ahli kalam kerana pada awal ayat ia menisbahkan pencipta dan pada akhir ayat ia menisbahkan kenabian Muhammad SAW.”


Abu Jaafar al-Tabari melalui tafsirnya Sami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Quran berkata, “Ini dari Allah yang berhujah untuk nabi-Nya ke atas orang-orang musyrikin dari kaum Arab, orang-orang munafikin dan orang-orang kafir ahli kitab yang sesat di kalangan mereka.


AYAT 24:


فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ



“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya), dan pasti kamu tidak akan dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”.



Ayat ini meneruskan lagi cabaran Allah kepada mereka dengan kenyataan Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, bermaksud jika sekiranya kamu tidak mampu mendatangkan seumpama satu surah dan surah-surahnya, dan kamu telah lemah (gagal) pada masa lalu untuk mendatangkan setarafnya atau kurang sedikit sekalipun kamu minta bantuan daripada ahli-ahli bahasa dan pakar-pakar sastera, pasti kamu tidak dapat membuatnya dengan maksud tidak kuasa pada masa akan datang juga. Dengan kata lain sebagaimana kamu lemah pada masa dulu, begitu juga pada masa akan datang.


Ibnu Katsir berkata, “Allah menantang mereka melalui al-Quran sekalipun mereka semua adalah sefasih-fasihnya manusia, walau bagaimanapun mereka tetap lemah. Huruf (Lan=nafi) selama-lamanya pada masa akan datang, maksudnya kamu selama-lamanya tidak mampu melakukan penciptaan seperti al-Quran. Ini menandakan bahwa al-Quran pasti tidak mungkin dan bukan tandingannya sebagai tantangan, baik masa dulu atau sampai kapanpun.


Kemudian Allah SWT menyebut peliharalah dirimu dari neraka dengan maksud takutlah azab Allah dan awaslah daripada terjerumus ke neraka Jahannam yang Allah sediakan sebagai balasan kepada pendusta-pendusta dimana neraka yang disifatkan seperti bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan untuk orang-orang kafir, iaitu bahan-bahannya yang terdiri dari orang kafir dan batu-bata yang dijadikan berhala untuk disembah selain daripada Allah. Mujahid berkata, “Batu-bata yang dijadikan api unggun dan bahan bakar lebih busuk daripada bangkai yang diazabkan bersama neraka.” Orang-orang kafir di sini adalah yang ingkar, layak menerima berbagai azab. Ibnu Jauzi berkata, ”Bahan bakarnya daripada batu-bata.”
Disini, ada dua pandangan ulama yang memberikan keterangan, yaitu:
Berhala-berhala yang mereka sembah, seperti pendapat al-Rabi’ Ibnu Anas
Batu-bata yang dijadikan sebagai api unggun panasnya melebihi atas semua jenis siksaan yang ada.


Diriwayatkan daripada Ibnu Mas’ud tentang batu yang menjadi bahan bakar dikhususkan demikian kerana ia dilebihkan daripada segala batu-bata dengan lima jenis azab[4]:
Cepat terbakar
Bau yang begitu busuk
Tebalnya asap yang dikeluarkan
Kuatnya melekat pada badan
Kuatnya rasa panas


Al-Mawardi di dalam kitabnya al-Nukat Wa Uyun berkata, “Pada ayat disediakan bagi orang-orang kafir terdapat dua pandangan:
Bahwa neraka(ini), sekalipun disediakan untuk orang-orang kafir, juga ditujukan kepada siapapun yang layak dikenakan azab walaupun bukan dari kalangan kafirin, maksudnya di tempat neraka yang sama, hanya jenis azabnya yang berbeda; sesuai dengan tahapannya masing-masing.
Neraka ini hanya disediakan untuk orang-orang kafir saja, adapun mereka (ingkar tetapi tidak sampai kepada ke-kafir-an) tetap dikenakan azab dan disediakan neraka lain.


Ibnu Atiyyah menafsirkan lafadz disediakan adalah satu bentuk menolak (counter attack) kepada mereka yang berpendapat bahwa neraka belum lagi diciptakan, karena pendapat ini adalah pendapat yang lemah apabila kita tinjau dari lafadz kalimatnya pada ayat tersebut ( أُعِدَّتْ ) merupakan fiil madhi (perbuatan yang masa lalu: Allah sudah ciptakan dari dulu).

Sayyid Qutub dalam tafsirnya Fii Zilal al-Quran, menyebutkan: “Kumpulan antara manusia dan batu dalam neraka adalah sebuah gambaran yang sangat menakutkan dan seolah-olah api neraka memamah (memakan) batu-batu, sedangkan manusia bersama batu-batu itu di dalam neraka”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar