Minggu, 28 Juli 2013

Kandungan Surah Al-baqarah ayat 47 sampai 48


Artinya: “Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat,[47]. Dan jagalah dirimu dari (‘azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa’at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong”[48]. (Q,.s.al-Baqarah/02: 47-48)

Tafsir Ayat

Makna Ayat Secara Global

Allah Ta’ala memanggil Bani Isrâil seraya menuntut mereka untuk mengingat nikmat-nikmat-Nya agar mereka dapat mensyukurinya dalam bentuk beriman kepada Rasul-Nya, Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan menerima dien yang haq yang dibawanya, yaitu al-Islam.

Dia Ta’ala juga mengingatkan mereka akan azab di Hari Kiamat dengan memerintahkan mereka agar membentengi diri dengan keimanan dan amal-amal yang shalih sebab ia merupakan Hari yang agung dimana pada hari itu, syafa’at orang kafir tidak akan diterima, tidak akan diambil tebusan darinya serta tidak akan ada seorangpun yang dapat menolongnya untuk menolak azab tersebut.

Makna Per-Penggalan

Ayat 47
Firman-Nya (artinya): [ Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku…] : penjelasan tentang nikmat-nikmat tersebut telah dijelaskan sebelumnya ( di dalam ayat 40), yakni bila kalian mengingat nikmat-nikmat tersebut maka lakukanlah sebagaimana haknya (hal yang sepatutnya) dan berimanlah kepada orang yang telah Aku utus sebagai Rasul. [Zub]

[ yang telah Aku anugerahkan kepadamu…]
{ dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat ( al-‘Âlamîn) } ; ada pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata al-‘Âlamîn adalah “para ulama zaman mereka”. Ada lagi yang mengatakan: “seluruh umat yang para Nabi diutus kepada mereka”. Hal ini terealisasi manakala mereka beriman kepada para Rasul yang diutus oleh Allah Ta’ala. Namun begitu, mereka tetap tidak akan lebih utama dari Umat Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wasallam karena Allah Ta’ala sendiri yang berfirman: ‘Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk umat manusia’ . [Zub]

Ayat 48
Firman-Nya (artinya) :[ Dan jagalah dirimu dari hari … ] : kata “yauman (hari) “ artinya hari Kiamat. Maksudnya adalah azab di hari tersebut. [Zub]

{ (yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun… } : yakni tidak dapat mewakilinya di dalam menunaikan haknya. [Zub]

( dan (begitu pula) tidak diterima syafa’at…) : bilamana dia meminta syafa’at di sisi Allah Ta’ala untuk seseorang. [Zub]

( dan tebusan daripadanya…) : yakni tebusan berupa harta/uang, keluarga atapun anak. [Zub]

( dan tidaklah mereka akan ditolong) : yakni tidak seorangpun yang mampu untuk menolong dan menyelamatkan mereka dari azab Allah. [Zub]

Petunjuk Ayat

Diantara petunjuk kedua ayat tersebut adalah:

  • Kewajiban mengingat semua nikmat agar dapat disyukuri * dengan memuji kepada Allah dan mena’ati-Nya.
  • Kewajiban membentengi diri dari azab hari Kiamat dengan keimanan dan amal shalih setelah meninggalkan kesyirikan dan semua maksiat.
  • Pengukuhan bahwa syafa’at tidak berlaku bagi jiwa yang kafir dan tebusan tidak akan diterima ** selama-lamanya pada hari Kiamat. [Ays]

CATATAN KAKI :

* Syaikh Abu Bakar al-Jaza-iriy berkata: “mensyukuri nikmat-nikmat-Nya dapat diimplementasikan melalui pengakuan terhadap nikmat, memuji Allah Ta’ala atas hal itu serta mengalihkannya kepada hal-hal yang diridlai-Nya”. [Ays]

** Syaikh Abu Bakar al-Jaza-iriy berkata: “ ini berdasarkan firman-Nya (artinya): ‘Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak itu). Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong’ “. (Q,.s. Âli-‘Imrân/03: 91) – [Ays]

(Diambil dari Kitab Aysar at-Tafaasiir li Kalaam ‘al-Aliy al-Kabiir [disingkat: Ays] karya Syaikh Abu Bakar al-Jazâiriy dan Kitab Zubdatut Tafsir min Fath al-Qadîr [disingkat: Zub] karya DR. Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar)

 

Kandungan Surah Al-Baqarah ayat 40 sampai 46

يَا بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَ أَوْفُوْا بِعَهْدِيْ أُوْفِ بِعَهْدِكُمْ وَ إِيَّايَ فَارْهَبُوْنِ
(40) Wahai Bani Israil : Ingatlah nikmatKu yang telah Aku karuniakan kepada kamu dan penuhilah janjimu, agar Aku penuhi (pula) janjiKu, dan sernata-mata kepadaku sajalah kamu takut.
وَ آمِنُوْا بِمَا أَنزَلْتُ مُصَدِّقاً لِّمَا مَعَكُمْ وَلاَ تَكُوْنُوْا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلاَ تَشْتَرُوْا بِآيَاتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُوْ
(41) Dan percayalah kepada apa yang Aku turunkan, yang bersetuju dengan apa yang ada sertamu, dan janganlah kamu jadi orang yang mula sekali mengkufurinya. Dan jangan­lah kamu jual ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit; dan semata-mata kepadaKu saja­lah kamu bertakwa.
وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَ تَكْتُمُوا الْحَقَّ وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْن
(42) Dan janganlah kamu campur­adukkan yang benar dengan yang batil dan kamu sembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui.
وَ أَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَ آتُوا الزَّكَاةَ وَ ارْكَعُوْا مَعَ الرَّاكِعِيْن
(43) Dan dirikanlah sembahyang dan berikanlah zakat, dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'.
أَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَ تَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَ أَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُوْن
(44) Apakah kamu suruh manusia berbuat kebajikan, akan kamu lupakan dirimu (sendiri) pada hal kamu membaca kitab; apakah tidak kamu pikirkan ?
وَ اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ وَ إِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِيْن
(45) Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan sembahyang. Dan sesungguhnya hal itu memang amat berat, kec°uali. atas orang-orang yang khusyu.
اَلَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ أَنَّهُمْ مُّلاَقُوْ رَبِّهِمْ وَ أَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُوْن
َ(46) (yaitu) orang-orang yang sungguh percaya, bahwasanya mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka, dan bahwasa­nya mereka akan kembali kepadaNya.
Dakwah Kepada Bani Israil
Sebagai telah kita maklumi pada keterangan-keterangan di atas selain dari persukuan Arab Bani Aus dan Bani Khazraj, maka ada pula penduduk Madinah dari pemeluk agama Yahudi. Mereka bukanlah bangsa Arab keturunan Qahthan atau Adrian.

Tetapi mereka adalah keturunan dari Nabi Ya'qub a.s , Ya'qub putra dari Ishak a. s. dan Ishak putra dari Ibrahim a.s., semuanya adalah Rasul Allah.
Beliau beranak laki-laki 12 orang , di antaranya Nabi Yusuf a.s. Maka berkembang-biaklah anak keturunan Nabi Ya'qub a. s. yang 12 orang ini. Gelar kehormatan yang diberikan Tuhan kepada Nabi Ya'qub a. s. ialah Israil. Ll di ujung itu ialah bahasa Ibrani yang artinya Allah. Israil kononnya berarti Amir pejuang bersama Allah.

Bani Israil menerima Taurat dari Musa a. s.. Lama-lama timbullah pada mereka kesan bahwasa nya agama yang mereka pusakai dari nenek-moyang mereka itu yang dirumuskan dalam Taurat Nabi Musa a.s. dan Nabi-nabi yang lain sesudah Musa a.s., adalah khusus buat mereka belaka. Di antara 12 suku Bani Israil itu, yang terbesar adalah keturunan suku anak yang kedua, yaitu Yahuda. Lama kelamaan menjadi kebiasaanlah mereka menyebut diri Yahudi dan agama mereka agama Yahudi, yang dibangsakan kepada Yahuda itu. Padahal yang lebih tepat, supaya semuanya tercakup ialah kalau disebutkan Bani Israil.

Maka selain dari dakwah untuk orang Arab, Qahthan dan Adnan, Nabi Muhammad s.a.w diperintahkan Tuhan menyampaikan dakwah kepada Bani Israil , persukuan mereka yang besar di Madinah ketika itu adalah Bani Nadhir, Bani Qainuqa, Bani Quraizhah dan lain-lain persukuan yang kecil-kecil.

Dengan pindahnya Nabi Muhammad s.a.w ke Madinah, rapatlah pergaulan dengan mereka. Apatah lagi ketika itu kegiatan perdagangan ada di tangan mereka. Mereka selalu bertemu di pasar. Dan telah dibuat perjanjian akan hidup berdampingan secara damai.

Maka diperintahkan kepada Rasulullah supaya menyampaikan dakwah pula kepada mereka.

يَا بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَ أَوْفُوْا بِعَهْدِيْ أُوْفِ بِعَهْدِكُمْ وَ إِيَّايَ فَارْهَبُوْنِ
"Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmatKu yang telah Aku karuniakan kepada kamu dan penuhilah janjimu agar Aku penuhi (pula) janjiKu, dan semata-mata kepadaKu sajalah kamu takut. " (ayat 40).

Dihadapkanlah seruan kepada mereka, karena patutlah mereka yangterlebih dahulu menerima kebenaran yang dibawa Muhammad s.a.w mengingat nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka. Di antara bangsa-bangsa yang sejaman dengan mereka dahulunya, kepada merekalah dikhususkan Tuhan nikmat wahyu.

Sampai mereka dilepaskan dari perbudakan Fir'aun dan diberi tanah istimewa pusaka nenek-moyang mereka Ibrahim a. s. dan Ishak a.s., dan berpuluh-puluh banyaknya Nabi dan Rasul dibangkitkan dalam kalangan mereka.

Patutlah mereka mengingat nikmat itu dan dari sebab itu patut pulalah mereka yang dahulu sekali menyatakan percaya pada Muhammad s.a.w. Di samping itu disuruh mereka mengingat kembali janji khusus mereka dengan Allah. Meskipun kitab Taurat sudah tidak ada aslinya lagi, namun janji itu masih bertemu, yaitu bahwa mereka tidak akan mempersekutukan yang lain dengan Allah. Dan supaya beriman kepada Rasul-rasul Allah yang datang menegakkan kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa itu.

Dan dijanjikan pula kelak kemudian hari akan diutus pula searang Rasul dari antara saudara mereka, yaitu Bani Ismail. Itulah Nabi Muhammad s.a.w sekarang Nabi itu telah datang mernbawa ajaran persis ajaran yang telah mereka janjikan dengan Allah itu pula, yaitu Tauhid mengesakan Tuhan. Patutlah mereka ingat janji itu kembali.

Dan Tuhanpun telah berjanji pula dengan mereka, akan memberi mereka kemuliaan di antara manusia dan bangsa-bangsa. Asal mereka tetap setia akan janji itu, Tuhanpun akan memenuhi janjiNya pula. Dan kata Tuhan selanjutnya, kepadaKu sajalah takut! Jangan takut kepada yang lain. Jangan segan menyatakan iman kepada Muhammad karena ancaman dari ketua-ketua mereka, rabbi-rabbi dan ahbar (pendeta-pendeta) mereka. Dan jangan segan menyatakan iman, karena takut akan kalah pengaruh.

Kemudian dijelaskan lagi oleh Tuhan:

وَ آمِنُوْا بِمَا أَنزَلْتُ
"Dan percayalah kamu kepada apa yang Aku turunkan. " (pangkal ayat 41)
Yaitu al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
مُصَدِّقاً لِّمَا مَعَكُمْ
"Yang bersetuju dengan apa yang ada sertamu. "yaitu kitab Taurat.
Tika kamu tilik kembali isi Taurat, yang memerintahkan kamu percaya kepada Allah Ta'ala atau Allah Yang Esa, jangan membuat berhala untukNya dan hendaklah hormat kepada ibu bapakmu, jangan berzina, jangan mencuri, jangan naik saksi dusta, niscaya kamu akan mengakui kebenaran al-Qur'an yang memang itu pulalah pokok ajaran yang dibawanya.

وَلاَ تَكُوْنُوْا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ
"Dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang mula­mula mengkufurkannya. "

Karena kalau kamu kufuri, kamu tolak dan kamu tentangkan al-Qur'an itu, berarti kamu menentang kitab yang ada dalam tanganmu sendiri :

وَلاَ تَشْتَرُوْا بِآيَاتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلاً
"Dan janganlah kamu jual ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit. "

Artinya, karena mcngharapkan kemegahan, lalu kamu dustakan kebenaran ayat Allah. Berapapun pangkat yang kamu dapat lantaran mendustakan kebenaran, namun itu masihlah harga yang sedikit jika dibandingkan dengan kerugian rohani yang kamu dapat.

وَإِيَّايَ فَاتَّقُوْ
"Dan semata-mata kepadaKu sajalah kamu bertakwa. " (ujung ayat 41)

artinya semata-mata perhubungan dengan Allahlah yang patut kamu pelihara clan perbesarlah perasaan tanggungjawabmu dengan Tuhan. Karena kesegananmu menerima kebenaran, lain tidak hanyalah karena kamu hendak memelihara perhubungan dengan kepala-kepala dan ketua-ketua kamu, padahal kepala-kepala dan ketua­ketua itu tidak akan dapat melepaskan kamu daripada bahaya yang akan ditimpakan Allah kepada kamu.

وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَ تَكْتُمُوا الْحَقَّ وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْن
"Dan janganlah kamu campur-adukkan yang benar dengan batil dan kamu sembuyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui. " (ayat 42).

Rasul akan datang dari kalangan saudara sepupu mereka Bani Ismail. Tanda-tandanya sudah jelas dan sekarang tanda itu sudah bertemu. Tetapi pemuka-pemuka agama mereka melarang pengikut mereka percaya kepada Rasul s.a.w karena kata mereka dalam Kitab-kitab Nabi-nabi mereka itu tersebut juga bahwa akan ada Nabi-nabi palsu.

Lalu mereka katakan kepada pengikut-pengikut itu bahwa ini adalah Nabi palsu. Bukan Nabi yang dijanjikan itu. kalau pengikut mereka datang bertanya, mereka sembuyikan kebenaran, dan kitab mereka sendiri mereka tafsirkan lain dari maksudnya semula, padahal mereka telah mengetahui bahwa memang Muhammad s.a.w itulah Nabi dari Bani Ismail yang ditunggu-tunggu itu. Untuk mempertahankan kedudukan, mereka telah sengaja mencampur-adukkan yang benar dengan yang salah, dan menyembunyikan yang sebenarnya.

Ayat 41 untuk peringatan bagi orang-orang awam mereka dan ayat 42 untuk peringatan bagi pemuka-pemuka agama mereka.

وَ أَقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَ آتُوا الزَّكَاةَ وَ ارْكَعُوْا مَعَ الرَّاكِعِيْن
"Dan dirikanlah sembahyang dan berikanlah zakat, dan rukulah bersama-sama orang-orang yang ruku. " (ayat 43)
Setelah diperingatkan kepada mereka kesalahan-kesalahan dan kecurangan mereka yang telah lalu itu, sekarang mereka diajak membersihkan jiwa dan mengadakan ibadat tertentu kepada Allah, dengan mengerjakan sembahyang, dan mengeluarkan zakat. Dengan sembahyang, hati terhadap Allah menjadi bersih dan khusyu dan dengan mengeluarkan zakat, penyakit bakhil menjadi hilang dan timbul hubungan batin yang baik dengan masyarakat, terutama orang­ orang fakir-miskin, yang selama ini hanya mereka peras tenaganya, dan mana yang terdesak mereka pinjami uang dengan memungut riba.

Apabila Tuhan Allah telah memerintahkan supaya iman kepada keesaan Allah itu lebih di dalamkan dengan mengerjakan sembahyang, kemudian dengan mengeluarkan zakat, maka akan tumbuhlah iman itu dengan suburnya. Karena ada juga orang yang telah mengaku beriman kepada Allah tetapi dia malas sembahyang. Berbahayalah bagi iman itu, karena kian lama dia akan runtuh kembali. Dan hendaklah dididik diri bermurah hati dengan mengeluarkan zakat; karena bakhil adalah musuh yang terbesar dari iman. Apabila berperangai bakhil, nyatalah orang itu tidak beriman !

Kemudian mengapa disuruh lagi ruku' bersama dengan orang yang ruku' ? Tidakkah cukup dengan perintah sembahyang saja ? Apakah ini bukan kata berulang ?

Bukan ! Ada juga orang yang berfaham bahwa asal aku sudah sembahyang sendiri di rumahku, tidak perlu lagi aku campur dengan orang lain. Itulah yang salah ! Sembahyang sendiripun belum sempurna, tetapi rukulah bersama-sama dengan orang yang ruku', bawalah diri ke tengah masyarakat. Pergilah berjama'ah !.

Maksud yang kedua, arti ruku ialah khusyu'. Jangan hanya sembahyang asal sembahyang, sernbahyang mencukupi kebiasaan sehari-hari saja, tidak dijiwai oleh rasa khusyu' dan ketundukan.
Inilah yang diserukan kepada Bani Israil yakni agar mereka teruskan saja agama yang diajarkan Musa a.s. kepada lanjutannya, yaitu yang diteruskan oleh Muhamrnad s.a.w agar mereka menjadi Muslim, menyerah diri kepada Tuhan, dan hiduplah sebagai Muslim yang sejati.
Kemudian itu Allah meneruskan lagi sabdaNya kepada Bani Israil dengan mengingatkan
kesalahan selama ini :

أَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَ تَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَ أَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُوْن
"Apakah kamu suruh manusia berbuat kebajikan dan kamu lupakan dirimu (sendiri), padahal kamu membaca kitab, apakah kamu tidak pikirkan?" (ayat 44).

Teguran keras ini adalah kepada pemuka-pemuka dan pendeta­pendeta mereka. Bukan main keras larangan mereka : "Ini haram !" Bukan main keras perintah mereka : "Ini wajib", seakan-akan merekalah yang empunya agama itu, padahal diri mereka sendiri mereka lupakan. Hanya mulut mereka yang keras mempertahankan agama untuk dipakai oleh orang lain, adapun untuk diri mereka sendiri, tidak usahlah dipersoalkan; padahal mereka membaca kitab, hafal nomor ayatnya, ingat pasalnya, bahkan salah titik dan salah baris sedikit saja, mereka tahu. Tetapi apa isi dan intisari dari kitab itu, apa maksudnya yang sejati, tidaklah mereka mau mengetahui dan tidak mereka pikirkan.

Inilah penyakit pemuka-pemuka atau yang disebut pendeta atau ahbar mereka pada waktu itu. Dengan keras mengoyak mulut mempertahankan apa yang rnereka katakan agama, padahal sudah tinggal hanya mempertahankan kata (textbook), tetapi tidak ada paham mereka sama sekali akan maksud. Paham menjadi sempit dan fanatik, takut akan perubahan, dan gentar mendengar pendapat baru. Maka datanglah teguran : Apakah tidak kamu pikirkan ? Atau lebih tegas lagi; Apakah kamu tidak tidak mempergunakan akalmu ?
Dengan ini Tuhan telah memberikan terguran bahwa iman yang sebenarnya, melainkan iman yang tumbuh dari hati sanubari. Sebab itu jika ayat ini tertentu kepada pemuka Yahudi pada mulanya, namun dia telah direkam dalam al-Qur'an untuk ingatan kita. Jangan sampai kita membacanya, lalu Yahudi yang terbayang di hadapan kita, tidak diingat bahwa Islam sendiripun akan runtuh dari dalam, kalau iman sudah hanya jadi hafalan mulut, tidak rumpunan jiwa.

وَ اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ
"Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan sembahyang. " (pangkal ayat 45).

Dipesankan dalam rangka nasehat kepada pemuka-pemuka Yahudi, sebagai merangkul mereka ke dalam suasana Islam, supaya meminta tolong kepada Tuhan, pextama dengan sabar, tabah, tahan hati dan teguh, sehingga tidak berkucak bila datang gelombang kesulitan.
Maka adalah sabar sebagai benteng. Dengan sembahyang, supaya jiwa itu selalu dekat dan lekat kepada Tuhan. Orang yang berpadu di antara sabarnya dengan sembahyangnya, akan jernihlah hatinya dan besar jiwanya dan tidak dia akan rintangan dengan perkara-perkara kecil dan tetek-bengek.

Percobaan yang harus kita tempuh dalam menyeberangi kehidupan ini kadang-kadang sangatlah besarnya. Sehingga jiwa harus kuat dan pendirian harus kokoh. Sebab itu untuk memintakan agar selalu mendapat pertolongan dari Tuhan, agar kita dikuatkan menghadapi kesulitan itu, tidaklah botch terpisah di antara keduanya ini. Sabar dan Shalat yaitu membuat hati jadi tabah dan selalu mengerjakan sembahyang.

Ingatlah betapapun menyabarkan hati., kadang-kadang karena beratnya yang dihadapi, jiwa bisa bergoncang juga. Maka dengan sembahyang khusyu sekurang-kurangnya 5 waktu sehari semalam, hati yang tadinya nyaris lemah niscaya akan kuat kembali.

Maka sabar dan sembahyang itulah alat pengokohkan pribadi bagi orang Islam. Sebab selalu terjadi di dalam kehidupan, suatu marabahaya yang kita hadapi sangatlah sakitnya, kadang-kadang tidak tertanggung, padahal kemudian, setelah marabahaya itu lepas, barulah kita ketahui bahwa bahaya-bahaya yang kita lalui itu adalah mengakibatkan suatu nikmat yang amat besar bagi diri kita sendiri. Yang saya katakan ini adalah pengalaman berkali-kali, baik bagi diri saya ataupun diri tuan.
Dalam cerita Nabi Ibrahim a.s. (kelak pada ayat 124 Surat al-Baqarah ini) kita akan bertemu kenyataan itu. Beliau diuji dengan berbagai ujian , dan setelah dengan segala kesabaran ditempuhnya ujian itu dan diseberanginya, diapun diangkat menjadi IMAM. Kehidupan Nabi­-nabi adalah contoh teladan yang harus diambil orang yang beriman.

Tetapi ayat selanjutnya mengatakan:

وَ إِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ
"Dan sesungguhnya hal itu memang berat. "

Yang dimaksud ialah sembahyang; bahwa mengerjakan sembahyang itu amat berat. Orang disuruh sabar, padahal hatinya sedang susah. Lalu dia disuruh sembahyang; maka dengan kesalnya dia menjawab: "Hati saya sedangsusah, saya tidak bisa serrrbahyang. "Mengapa dia merasa berat sembahyang ? Sebab jiwanya masih gelap, sukarlah menerima nasehat supaya sabar dan sembahyang. Kalau nasehat yang benar itu ditolaknya, tidaklah dia akan terlepas dari kesukaran yang tengah dihadapinya. Lalu datang penutup ayat :

إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِيْن
"Kecuali bagi rnang-orang yang khusyu'. " (ujung ayat 45)

Khusyu artinya tunduk, rendah hati dan insaf bahwa kita ini adalah hamba Allah. Dan Allah itu cinta kasih kepada kita. NikmatNya lebih banyak daripada cobaanNya. Saat kita menerima nikmat lebih banyak daripada saat menerima susah. Lantaran yang demikian itu, jika diajak supaya sabar dan sembahyang, orang yang khusyu itu tidak bertingkah lagi. Sebab dia insaf bahwa memang keselamatan jiwanya amat bergantung kepada betas kasihan Tuhannya. Jika datang percobaan Tuhan, bukanlah dia menjauhi Tuhan, tetapi bertambah mendekatiNya.
Dan siapakah orang yang bisa menjadi khusyu ?

اَلَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ أَنَّهُمْ مُّلاَقُوْ رَبِّهِمْ وَ أَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
"Yaitu orang-orang yangsungguh percaya, bahwasarrya mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka, dan bahwasanya kepadaNya mereka akan kembali. " (ayat 46).

Untuk menambahkan khusyu hendaknya kita ingat, sampai menjadi keyakinan, bahwasanya kita ini datang ke dunia atas kehendak Tuhan dan akan kembali ke akhirat dan akan bertemu dengan Tuhan. Di hadapan Tuhan akan kita pertanggung jawabkan semua amal dan usaha kita selama di dunia. Maka dari sekarang hendaklah kita latih diri mendekati Tuhan. Ibaratnya ialah sebagai apa yang disebut di jaman sekarang dengan kalimat relasi (relation). Datang tiba-tiba saja kita berhadapan dengan Tuhan, padahal makrifat terlebih dahulu tidak ada, dan hubungan kontak jarang sekali, tentu akan membuat bingung, karena tidak ada persiapan. Sampailah Imam Ghazali mengatakan bahwa jika kamu berdiri sembahyang hendaklah sebelum kamu takbir kamu ingat seakan-akan itulah sembahyangmu yang terakhir. Mungkin nanti engkau akan mati, sebab itu engkau khusyukan hatimu menghadap Tuhan.

Inilah beberapa seruan kepada Bani Israil, untuk mengembalikan mereka kepada pangkalan agama yang sejati. Sebab inti agama yang mereka peluk selama ini itulah dia inti Islam dan marilah menjadi Islam. Kamulah yang lebih patut mula-mula menyambutnya.

Dalam ayat ini bertemu kalimat yazhunnuuna, yang kita artikan "Mereka yang sungguh percaya". Pokok ambilan kalimat ialah zhann yang menurut arti asalnya ialah berat pikiran kepada satu jurusan dan belum yakin benar. Hasil ijtihad di dalam seorang mujtahid menetapkan suatu hukum tidaklah ada yang yakin, melainkan zhann saja.

Kalau yazhunnuuna
[ يَظُنُّوْنَ ] dalam ayat ini kita artikan: "Orang-orang yang telah berat sangkanya bahwa dia akan berjumpa dengan Tuhannya, "niscaya tidaklah kena maksud iman. Sebab seorang mukmin wajiblah yakin bahwa hari akan kiamat dan dia akan mempertanggungjawabkan amalnya di hadapan Tuhan. Di dalam ayat 4 daripada Surat 2, al­Baqarah dijelaskan sifat-sifat orang yang takwa, yaitu orang yang yakin akan hari akhirat.

Oleh sebab itu maka kebanyakan Ulama Tafsir memberi arti Yazhunnuuna, dengan "mereka yang sungguh-sungguh percaya. "Bukan menurut artinya yang asal, yaitu "orang-orang yang berat sangkanya".

Ibnu Jarir menegaskan dalam Tafsirnya: "Orang Arab kadang­kadang menamai yakin itu dengan zhann, sebagaimana juga mereka pernah menamai gelap dengan sadafah dan terang dinamainya sadafah. Orang yang menyeru meminta tolong mereka namai shaarikh , dan orang tempat memohonkan pertolongan itu kadang-kadang mereka namai shaarikh juga. Dan ada lagi beberapa perumpamaan pemakaian nama-nama yang lain, yaitu menamai sesuatu keadaan dengan lawannya."Sekian kata Ibnu Jarir.

Memang terdapat dua tiga kali di dalam al-Qur'an, kata zhann artinya yakin. Di antaranya terdapat dalam Surat 69, al-Haqqah ayat 20. Dan pernah juga terdapat dua ayat berdampingan, keduanya memakai kalimat zhann, ayat yang pertama berarti berat sangka saja. Dan ayat yang kedua berarti saya yakin. Yaitu jelas tertulis di dalam Surat 17, al-Isra' ayat 101 dan 102, menerangkan dialog bertukar-kata di antara Fir'aun dengan Nabi Musa a. s., di ayat 101 Fir'aun menyatakan perasaanya bahwa dia menyangka Nabi Musa a.s. seorang tukang sihir. Sedang di ayat 102 Musa. a.s. membalas, menyatakan bahwa dia yakin bahwa Fir'aunlah yang akan kena bencana kemurkaan Tuhan.
 

Fakta dibalik waktu Shalat


               Rasulullah saw bersabda: “Amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah ” Shalat pada waktunya, Berbakti kepada kedua orang tua, kemudian Jihad di jalan Allah SWT.”
Sholat adalah ibadah utama seorang muslim dan ini merupakan jembatan utama komunikasi langsung antara umat dan Penciptanya (Allah Swt). Ternyata dari waktu sholat yang 5 waktu itu banyak hikmah yang kita bisa dapatkan dilihat dari faktor kesehatan, ilmu pengetahuan, psikologi dan lain-lain. Berikut pengamatan para ahli di bidangnya mengenai masalah waktu sholat, salah satu rukun Islam, karena ada rahasia dibalik peralihan/perpindahan waktu sholat.
Setiap perpindahan/peralihan waktu sholat sebenarnya bersamaan dengan terjadinya perubahan tenaga alam yang bisa diukur dan dirasakan melalui perubahan warna alam. Fenomena perubahan warna alam ini tidak asing bagi penggemar dan praktisi fotografi/video/film juga dalam industri cahaya/lampu,percetakan, astrofisika dan lain-lain karena ada istilah suhu/temperatur warna (color temperature) dimana kalau siang itu bluish (kebiru-biruan) dan kalau sore itu reddish(kemerah-merahan)- Suhu warna biasanya menggunakan satuan Kelvin (K) sebagai perangkat pengukurannya.
 
WAKTU SUBUH
Pada waktu subuh, alam berada dalam spectrum warna biru muda yang bersesuaian dengan frekuensi tiroid (kelenjar gondok). Dalam ilmu Fisiologi (Ilmu Faal-salah satu dari ilmu biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan) tiroid mempunyai pengaruh terhadap sistem metabolisma tubuh manusia. Warna biru muda juga mempunyai rahasia tersendiri berkaitan dengan rejeki dan cara berkomunikasi. Mereka yang masih tertidur nyenyak pada waktu Subuh akan menghadapi masalah rejeki dan komunikasi. Mengapa? Karena tiroid tidak dapat menyerap tenaga biru muda di alam ketika roh dan jasad masih tertidur. Pada saat azan subuh berkumandang, tenaga alam ini berada pada tingkatan optimum. Tenaga inilah yang kemudian diserap oleh tubuh kita terutama pada waktu ruku dan sujud.
 
WAKTU ZUHUR
Alam berubah menguning dan ini berpengaruh kepada perut dan sistem pencernaan manusia secara keseluruhan. Warna ini juga punya pengaruh terhadap hati. Warna kuning ini mempunyai rahasia berkaitan dengan keceriaan seseorang. Jadi bagi mereka yang selalu ketinggalan atau melewatkan sholat Zuhur berulang kali akan menghadapi masalah dalam sistem pencernaan serta berkurang keceriaannya.

WAKTU ASAR
Alam berubah lagi warnanya menjadi jingga/oranye (warna antara merah dan kuning). Hal ini berpengaruh cukup signifikan terhadap organ tubuh yaitu prostat ( kelenjar eksorin pada pria jantan, fungsi utamanya adalah untuk mengeluarkan dan menyimpan sejenis cairan yang menjadi dua pertiga bagian dari air mani), rahim , ovarium/ indung telur (kelenjar kelamin wanita) , dan testis (kelenjar kelamin jantan) yang merupakan sistem reproduksi secara keseluruhan. Warna oranye di alam juga mempengaruhi kreativitas seseorang. Orang yang sering ketinggalan waktu Asar akan menurun daya kreativitasnya. Disamping itu organ-organ reproduksi ini juga akan kehilangan tenaga positif dari warna alam tersebut.

WAKTU MAGHRIB
Warna alam kembali berubah menjadi merah. Sering pada waktu ini kita mendengar banyak nasehat orang tua agar tidak berada di luar rumah. Nasehat tersebut ada benarnya karena pada saat Maghrib tiba, spektrum warna alam selaras dengan frekuensi jin dan iblis. Pada waktu ini jin dan iblis amat bertenaga(powerful) karena mereka bergema atau ikut bergetar dengan warna alam. Mereka yang sedang dalam perjalanan sebaiknya berhenti sejenak dan mengerjakan sholat Maghrib terlebih dahulu. Hal ini lebih baik dan lebih selamat karena pada waktu ini banyak gangguan (interferensi-interaksi antar gelombang dalam satu daerah-bisa membangun dan merusak) atau terjadi tumpang-tindih dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi sama atau hampir sama dan bisa menimbulkan fatamorgana yang bisa mengganggu mata(penglihatan) kita.

WAKTU ISYA
Selanjutnya pada waktu ini warna alam berubah menjadi nila (indigo) dan selanjutnya menjadi gelap. Waktu Isya mempunyai rahasia ketenteraman dan kedamaian yang frekuensinya sesuai dengan sistem kontrol otak. Mereka yang sering ketinggalan waktu Isya akan sering merasa gelisah. Untuk itulah ketika alam mulai diselimuti kegelapan, kita dianjurkan untuk mengistirahatkan tubuh ini. Dengan tidur pada waktu ini, keadaan jiwa kita berada pada gelombang Delta dengan frekuensi dibawah 4HZ (Hertz adalah satuan ukur untuk frekuensi) dan seluruh sistem tubuh memasuki waktu rehat.
Selepas tengah malam, alam mulai bersinar kembali dengan warna-warna putih, merah jambu dan kemudian ungu. Perubahan warna ini selaras dengan kelenjar pineal (badan pineal atau “mata ketiga”, sebuah kelenjar endokrin pada otak)kelenjar pituitary (hipofisis), thalamus(struktur simetris garis tengah dipasangkan dalam otak vertebrata termasuk manusia dan fungsinya mencakup sensasi menyampaikan, rasa khusus dan sinyal motor ke korteks serebral, bersama dengan pengaturan kesadaran, tidur dan kewaspadaan) dan hypothalamus(hipotalamus-bagian otak yang terdiri dari sejumlah nucleus dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid, glukokortikoid, glukosa dan suhu). Maka sebaiknya kita bangun lagi pada waktu ini untuk mengerjakan sholat malam(tahajud).

           Demikianlah ringkas hubungan antara waktu shalat dengan warna alam. Manusia sebaiknya sadar akan pentingnya tenaga alam. Faktor-faktor inilah yang mendasar kegiatan meditasi seperti taichi, qi-gong dan sebagainya. Kegiatan meditasi ini dilakukan untuk menyerap tenaga-tenaga alam ke sistem tubuh. Kita sebagai umat Islam sepatutnya bersyukur karena telah di’karuniakan’ syariat shalat oleh Allah SWT sehingga jika laksanakan sesuai aturan maka secara tak sadar kita telah menyerap tenaga alam ini. Ini mungkin belum pernah terfikir oleh kita sebelumnya.
         Inilah hakikat mengapa Allah SWT yang memiliki sifat Pengasih dan Penyayang mewajibkan shalat kepada kita sebagai hambaNYA. Sebagai Pencipta Allah swt mengetahui bahwa hambaNYA amat sangat memerlukan-Nya. Shalat di awal waktu akan membuat badan semakin sehat.
        Semoga informasi ini dapat menambah semangat kita untuk melaksanakan shalat tepat pada waktunya , dan bersegera ke mesjid bagi laki-laki.

^_^

Batu Ruby yang Retak


 Alkisah, di sebuah kerajaan, raja memiliki sebuah batu ruby yang sangat indah. Raja sangat menyayangi, mengaguminya dan berpuas hati karena merasa memiliki sesuatu yang indah dan berharga.

Saat permaisuri akan melangsungkan ulang tahunnya, raja ingin memberikan hadiah batu ruby itu kepada istri tercintanya. Tetapi saat hendak mengeluarkannya dari tempat penyimpanan, terjadi sebuah kecelakaan sehingga batu itu sedikit cacat. Raja sangat kecewa dan bersedih.

Dipanggillah para ahli batu-batu berharga untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Beberapa ahli permata telah datang ke kerajaan, tetapi mereka menyatakan tidak sanggup memperbaiki batu berharga tersebut. "Mohon ampun Baginda. Cacat di batu ini tidak mungkin bisa diperbaiki. Kami tidak sanggup mengembalikannya seperti keadaan semula."

Kemudian sang baginda memutuskan mengadakan sayembara, mengundang seluruh ahli permata di negeri itu yang mungkin waktu itu terlewatkan. Tidak lama kemudian datanglah ke istana seorang setengah tua berbadan bongkok dan berbaju lusuh, mengaku sebagai ahli permata. Melihat penampilannya yang tidak meyakinkan, para prajurit menertawakan dia dan berusaha mengusirnya. Mendengar keributan, sang raja memerintahkan untuk menghadap. "Ampun Baginda.

Mendengar kesedihan Baginda karena adanya cacat pada batu ruby kesayangan Baginda, perkenankanlah hamba untuk melihat dan mencoba memperbaikinya." "Baiklah, niat baikmu aku kabulkan," kata baginda sambil memberikan batu tersebut. Setelah melihat dengan saksama, sambil menghela napas, si tamu berkata, "Saya tidak bisa mengembalikan batu ini seperti keadaan semula, tetapi bila diperkenankan, saya akan membuat batu ruby retak ini menjadi lebih indah." Walaupun sang raja meragukan, tetapi karena putus asa tidak ada yang bisa dilakukan lagi dengan batu ruby itu, raja akhirnya setuju.

Maka, ahli permata itupun mulai bekerja: memotong dan menggosok. Beberapa hari kemudian, dia menghadap raja. Dan ternyata batu permata ruby yang retak telah dia pahat menjadi bunga mawar yang sangat indah. Baginda sangat gembira, "Terima kasih rakyatku. Bunga mawar adalah bunga kesukaan permaisuri, sungguh cocok sebagai hadiah."

Si ahli permata pun pulang dengan gembira. Bukan karena besarnya hadiah yang dia terima, tetapi lebih dari itu. Karena dia telah membuat raja yang dicintainya berbahagia. Netter yang luar biasa, Di tangan seorang yang ahli, benda cacat bisa diubah menjadi lebih indah dengan cara menambah nilai lebih yang diciptakannya.

Apalagi mengerjakannya dengan penuh ketulusan dan perasaan cinta untuk membahagiakan orang lain. Saya kira demikian pula bagi manusia, tidak ada yang sempurna, selalu ada kelemahan besar ataupun kecil. Tetapi jika kita memiliki kesadaran dan tekad untuk mengubahnya, maka kita bisa mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada sekaligus mengembangkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki sehingga keahlian dan karakter positif akan terbangun. Dengan terciptanya perubahan-perubahan positif tentu itu merupakan kekuatan pendorong yang akan membawa kita pada kehidupan yang lebih sukses dan bernilai!

Minggu, 29 Juli 2012

Kandungan Surah Al-Baqarah ayat 30 sampai 39

AYAT 30 HINGGA 33:

2-30: Dan (ingatlah) ketika Rab (Tuhan) engkau berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku (Allah) hendak menjadikan seorang khalifah (wakil) di bumi.” Mereka (malaikat-malaikat) bertanya: “Adakah Engkau (Allah) hendak menjadikan padanya (di bumi) orang yang akan melakukan kerosakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji-Mu (memuji Allah) dan mensucikan-Mu (mensucikan Allah)?” Dia (Allah) berfirman: “Sesungguhnya Aku (Allah) mengetahui apa yang kamu tidak mengetahuinya.”
Allah telah menciptakan bumi dan melengkapkannya dengan segala keperluan bagi kehidupan makhluk di bumi. Bumi yang sudah dilengkungi oleh langit-langit sudah sangat teguh, mampu dan sesuai untuk didiami oleh makhluk yang lebih berbakat daripada makhluk yang lain untuk menguruskan kehidupan di bumi itu. Oleh itu Allah berkehendak menciptakan makhluk yang akan menjadi khalifah di bumi untuk diserahkan tugas mentadbir bumi itu. ‘Dan (ingatlah) ketika Rab (Tuhan) engkau berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku (Allah) hendak menjadikan seorang khalifah (wakil) di bumi.’ Allah mengistiharkan kehendak-Nya itu kepada para malaikat. Peristiharan itu menunjukkan segala ciptaan Allah telah lengkap hanya menantikan kedatangan khalifah atau wakil Allah yang akan diberi mandat menguruskan bumi. ‘Mereka (malaikat-malaikat) bertanya: Adakah Engkau (Allah) hendak menjadikan padanya (di bumi) orang yang akan melakukan kerosakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji-Mu (memuji Allah) dan mensucikan-Mu (mensucikan Allah)?’ Allah membekalkan kepada malaikat dengan sebahagian daripada ilmu-Nya. Menurut ilmu yang ada pada para malaikat, makhluk yang akan diciptakan dan menghuni bumi itu akan mempunyai persediaan yang sesuai dengan iklim bumi dan kesan daripada pengaruh dan tarikan yang ada di bumi akan menjadikan makhluk itu melakukan kerosakan di bumi bahkan mereka juga akan berbunuh-bunuhan sesama sendiri. Menurut ilmu para malaikat, makhluk yang akan diciptakan itu tidak akan sanggup bertasbih dengan memuji dan memuliakan Allah sebagaimana yang dilakukan oleh malaikat. Ketika malaikat berkata demikian tidak ada satu makhluk pun yang derhaka kepada Allah atau melanggar peraturan Allah. Malaikat yang sifatnya sentiasa mengagungkan Allah dan memuliakan-Nya mahu memelihara keharmonian demikian.
‘Dia (Allah) berfirman: Sesungguhnya Aku (Allah) mengetahui apa yang kamu tidak mengetahuinya.’ Sekalipun malaikat mengeluarkan pengetahuan mereka yang menunjukkan sebagai bantahan terhadap ciptaan baharu itu namun, Allah tetap dengan kehendak-Nya. Jika kehendak malaikat yang berlaku tentu sekali makhluk bangsa manusia ini tidak akan diciptakan Allah, tetapi Allah tetap melaksanakan kehendak-Nya menciptakan khalifah-Nya, memberi peluang kepada manusia untuk wujud dan hidup. Jika manusia mengenangkan peristiwa ini sahaja pun sudah cukup buat mereka bersyukur kepada Allah dan mentaati-Nya.

2-31: Dan Dia (Allah) telah mengajarkan (memberikan maklumat) kepada Adam nama-nama (pengenalan yang lengkap) sekaliannya; kemudian Dia (Allah) mengemukakan kepada malaikat, lalu Dia (Allah) berfirman: “Terangkan kepada-Ku (kepada Allah) nama-nama itu semuanya, jika kamu golongan yang benar.”
Sunnatu’llah, ketetapan Allah sejak mula, Dia tidak menciptakan sesuatu kemudian membiarkannya begitu sahaja. Allah tidak menciptakan makhluk dan meninggalkannya meraba-raba mencari apa yang perlu mereka lakukan. Bila Allah menciptakan sesuatu Allah meletakkan ketentuan padanya, termasuklah ilmu untuk berfungsi sesuai dengan bentuk kejadiannya. Makhluk yang Allah ciptakan menjadi makhluk yang mengetahui. Matahari, bulan dan bumi mengetahui jalan masing-masing, tidak perlu berguru dengan sesiapa kerana Maha Guru telah memimpin mereka. Sunnatu’llah juga berlaku kepada Adam: ‘Dan Dia (Allah) telah mengajarkan (memberikan maklumat) kepada Adam nama-nama (pengenalan yang lengkap) sekaliannya.’ Allah ajarkan kepada Adam nama-nama semuanya. Apa pentingnya mengetahui nama? Apa guna mengetahui nama satu haiwan itu unta tetapi tidak mengetahui unta itu boleh di makan? Diajarkan nama-nama itu bermaksud diberi pengenalan. Kita diajarkan nama-nama Allah seperti al-Rahman, al-Rahim, al-Ahad, al-Somad dan lain-lain. Nama-nama itulah yang memperkenalkan kita kepada yang dinamakan. Adam juga mempunyai pengenalan terhadap nama-nama yang diajarkan kepadanya. Adam mengenali dan tahu fungsi serta kegunaan yang dinamakan itu. Di antara nama-nama yang diajarkan kepada Adam itu tentu sekali yang paling utamanya nama-nama Allah yang baik-baik kerana tentu sekali Allah menciptakan Adam untuk mengenali-Nya terlebih dahulu baharu mengenali makhluk yang Dia ciptakan.
Kemudian diuji pengenalan (makrifat) malaikat terhadap Allah dan juga makhluk Allah: ‘Kemudian Dia (Allah) mengemukakan kepada malaikat, lalu Dia (Allah) berfirman: Terangkan kepada-Ku (kepada Allah) nama-nama itu semuanya, jika kamu golongan yang benar.’

2-32: Mereka (malaikat-malaikat) menjawab: “Subhanaka (Maha Suci Engkau/Allah)! Tidak ada pengetahuan kami, kecuali yang Engkau (Allah) ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau (Allah), Engkau (Allah)lah al-’Alim (Yang Maha Mengetahui), al-Hakim (Maha Bijaksana).”
Malaikat bermakrifat menurut kejadiannya, berpengetahuan pada apa yang ada dalam sekop tugasnya tetapi tidak bermakrifat terhadap yang di luarnya. ‘Mereka (malaikat-malaikat) menjawab: Subhanaka (Maha Suci Engkau/Allah)! Tidak ada pengetahuan kami, kecuali yang Engkau (Allah) ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau (Allah), Engkau (Allah)lah al-’Alim (Yang Maha Mengetahui), al-Hakim (Maha Bijaksana).’ Malaikat yang suci mengakui kelemahan mereka, tidak berdolak-dalih. Pengetahuan mereka sekadar yang Allah ajarkan kepada mereka. Pengetahuan mereka mencukupi buat mereka melaksanakan tugas mereka secara tepat. Mereka tidak berpengetahuan tentang apa yang di luar tugas mereka.

2-33: Dia (Allah) berfirman: “Wahai Adam! Terangkanlah kepada mereka nama-nama itu semuanya.” Maka setelah dia (Adam) menerangkan kepada mereka (malaikat-malaikat) nama-nama itu semua, Dia (Allah) berfirman: “Bukankah Aku (Allah) telah katakanlah kepada kamu bahawa sesungguhnya Aku (Allah) lebih mengetahui keghaiban semua langit dan bumi, dan juga Aku (Allah) mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.”
Adam diciptakan sebagai khalifah di bumi. Oleh itu Adam berpengetahuan dan bermakrifat tentang apa-apa yang ada dalam bidang kekhalifahannya kerana Allah telah melengkapkannya untuk tugas tersebut. Allah sekali-kali tidak memberi sesuatu tugas sebagai wakil-Nya kepada mana-mana hamba-Nya tanpa memperlengkapkan hamba-Nya itu. Malaikat yang bertugas mencabut nyawa diberi kekuatan dan pengetahuan tentang urusan tersebut sehingga malaikat itu tidak tersalah mencabut nyawa orang yang sepatutnya belum mati. Para rasul diperlengkapkan dengan kekuatan dan pengetahuan buat menyebarkan risalah sehingga tidak terjadi rasul keliru mentafsirkan wahyu atau mengadakan amalan yang bertentangan dengan kehendak wahyu. ‘Dia (Allah) berfirman: Wahai Adam! Terangkanlah kepada mereka nama-nama itu semuanya. Maka setelah dia (Adam) menerangkan kepada mereka (malaikat-malaikat) nama-nama itu semua, Dia (Allah) berfirman: Bukankah Aku (Allah) telah katakanlah kepada kamu bahawa sesungguhnya Aku (Allah) lebih mengetahui keghaiban semua langit dan bumi, dan juga Aku (Allah) mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.’ Adam memaparkan ilmu dan makrifat yang ada dengannya. Nyatalah benar Allah telah mempersiapkan Adam secukupnya buat menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi. Malaikat mengakuinya. Makhluk yang benar mengakui kebijaksanaan Allah menjalankan peraturan-Nya. Allah menjadikan bumi, bulan, matahari, langit, malaikat, rasul-rasul dan lain-lain dalam sebaik-baik keadaan yang berhubung dengan kejadian masing-masing. Tiap sesuatu itu berfungsi dengan sempurna sebagaimana yang Allah aturkan. Hanya orang yang jahil sahaja tidak dapat melihat ketelitian dan kehalusan Sunnatu’llah.


AYAT 34 HINGGA 39:

2-34: Dan (ingatlah) tatkala Kami (Allah) berfirman kepada malaikat-malaikat: “Sujudlah kepada Adam.” Lalu sujudlah mereka kecuali iblis; ia (iblis) enggan dan takbur (menyombongkan diri), maka jadilah ia (iblis) daripada golongan yang kafir.
Daripada ayat 30 Allah menujukan firman-Nya kepada malaikat-malaikat berhubung dengan penciptaan Adam dan kedudukan Adam sebagai khalifah. Allah kumpulkan sekalian malaikat-malaikat. Ada dua kumpulan malaikat: Pertama malaikat pada bumi yang menjaga sekalian kejadian di bumi, mempastikan peraturan Allah berjalan dengan tepat dan sempurna. Kedua malaikat pada langit yang bertugas di dalam bidang pentadbiran Ilahi. Kepada kedua-dua kumpulan malaikat itu dihadapkan titah Allah mengistiharkan Adam sebagai khalifah di bumi. Malaikat bumi akur dengan titah Allah itu dan mereka akan mempastikan segala kejadian di bumi menerima Adam sebagai khalifah dan mengizinkannya (termasuk keturunannya) mengambil manfaat daripada sumber bumi. Malaikat di langit pun akur dengan titah Allah itu. Mereka akan mempastikan kedudukan dan kepentingan serta keperluan Adam tidak akan dicerobohi. Malaikat penjaga rezeki menjamin untuk menghantar rezeki kepada Adam (dan keturunannya). Malaikat penjaga wahyu menjamin akan menurunkan wahyu kepada Adam (dan keturunannya yang berkenaan). Malaikat pencabut nyawa menjamin akan mencabut nyawa Adam (dan keturunannya juga) menurut giliran yang telah ditetapkan buat mereka, tidak sekali-kali akan berlaku tidak adil. Malaikat penjaga neraka akan membakar mana-mana anak cucu Adam yang memasukinya, tidak ada kasihan belas. Begitu juga dengan malaikat-malaikat yang lain, akan menguruskan bidang masing-masing tanpa prejudis terhadap Adam. Apabila Allah menitahkan peristiharan Adam sebagai khalifah dan para malaikat akur dengan peristiharan tersebut, maka tanda mereka akur ialah mereka mesti sujud kepada Adam. ‘Dan (ingatlah) tatkala Kami (Allah) berfirman kepada malaikat-malaikat: Sujudlah kepada Adam. Lalu sujudlah mereka.’ Sujud malaikat kepada Adam boleh membawa dua pengertian. Pertama malaikat benar-benar sujud kepada jasad Adam seperti seorang manusia sujud kepada manusia yang lain. Keduanya malaikat sujud kepada titah Allah, peristiharan Allah dan pentadbiran Allah yang di metraikan pada kejadian Adam, iaitu malaikat sujud kepada Urusan Allah yang dikurniakan kepada Adam. Misalkan seorang raja membawa puteranya ke atas singgahsana dan mengistiharkan puteranya itu sebagai putera mahkota. Rakyat pun sujud. Sujud rakyat boleh jadi kepada putera mahkota dan boleh jadi kepada peristiharan raja namun, pada hakikatnya sujud itu kepada kerajaan.
Semua malaikat sujud: ‘Kecuali iblis; ia (iblis) enggan dan takbur (menyombongkan diri), maka jadilah ia (iblis) daripada golongan yang kafir.’ Sejak mula hinggalah kepada sebelum perintah sujud kepada Adam, semuanya bertaraf malaikat, belum ada yang bertaraf iblis walaupun sudah ada satu makhluk yang akan membawa wadah iblis. Perintah sujud menjadi furqan, pemisah yang hak dengan yang batil. Yang hak terus berada pada taraf malaikat sementara yang batil jatuh kepada taraf iblis. Sunnatu’llah sejak awal menunjukkan bahawa sujud itulah senyata-nyata pembeza yang beriman dengan yang kufur. Sujud juga merupakan sebenar-benar tanda pengabdian kepada Allah. Sesiapa yang enggan sujud kepada titah, hukum dan peraturan Allah, maka sebenarnya dia daripada iblis yang kufur akibat kesombongan. Perbezaan di antara golongan yang benar dalam pengabdian mereka kepada Allah dengan golongan iblis ialah SUJUD!
Bagaimana malaikat sujud? Sesuatu itu sujud menurut kejadiannya. Bumi sujud, bulan dan bintang juga sujud. Apa yang di bumi dan di langit sujud. Bahkan pokok-pokok kayu juga sujud. Sujud mereka tidak dapat disaksikan oleh manusia. Tetapi lantaran sujud itulah segala sesuatu itu berfungsi dengan sempurna. Sujud manusia mudah disaksikan. Manusia terdiri daripada dua anasir, anasir zahir dan anasir rohani. Anasir zahir, iaitu anasir nyata, sujudnya juga nyata, boleh dilihat secara terang-terangan. Sujud anasir zahir secara sempurna ialah membawa muka yang padanya ada dahi ke bumi disertai oleh anggota lain iaitu dua tapak tangan, dua lutut dan dua kaki. Tatkala anasir zahir meletakkan dahi ke bumi, anasir rohani pula sujud dengan sebenar-benar menjadi Muslim (berserah diri) kepada Allah, tidak ada sedikit pun padanya sifat iblis yang sombong dan kufur. Sujud anasir zahir ada waktu, tetapi sujud anasir rohani seharusnya berkekalan.
Manusia yang asal kejadiannya adalah tanah, meletakkan dahinya ke tanah tatkala sujud. Bumi, bulan dan matahari juga sujud pada ‘tanah’ masing-masing. Manusia tidak nampak tanah bagi bumi, tanah bagi bulan dan tanah bagi matahari. Tetapi mereka nampak tanah mereka dan sujud ke atasnya. Sebelum dijadikan bumi, bulan, matahari, bintang dan lain-lainnya, sudah pun ada kejadian lain yang lebih awal yang daripadanya dijadikan bumi, bulan, matahari, bintang dan lain-lainnya. Sekali pun sudah diciptakan berbagai-bagai kejadian namun, kejadian awalnya masih lagi di sana dan mereka sujud ke atas kejadian awal masing-masing. Sekali mereka sujud mereka tidak bangkit lagi, sebab itulah mereka tidak tergelincir dan tidak menyimpang. Langit juga mempunyai kejadian awalnya dan langit sujud ke atas kejadian awalnya itu. Malaikat juga mempunyai kejadian awal iaitu nur. Malaikat yang sudah diciptakan daripada nur walau mengambil bentuk apa sekali pun tetap sujud ke atas nur awalnya. Bagaimana rupa sujud itu tiada yang mengetahuinya, melainkan Allah jua yang mengetahui.
Sujud manusia tidak berkekalan. Sujud zahirnya pada waktu tertentu sahaja manakala sujud rohaninya tidak menetap. Lantaran itu manusia mudah tergelincir dan menyimpang. Apa lagi manusia yang tidak sujud zahir dan rohaninya. Manusia yang tidak sujud itulah yang mewarisi sifat iblis iaitu sombong, takbur. Mereka itulah yang kufur, sama ada menjadi kafir terang-terangan atau menjadi kafir secara sembunyi iaitu munafik atau menjadi orang Islam yang jahat dan terkeluar daripada kebenaran iaitu fasik.

2-35: Dan Kami (Allah) berfirman: “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan isteri engkau di dalam jannah (taman/syurga) ini, dan makanlah kamu berdua daripadanya (makanan di dalam jannah) sepuas-puasnya sebagaimana kamu berdua sukai, dan janganlah kamu hampiri pokok ini; (kalau kamu menghampirinya) kamu akan tergolong daripada orang yang zalim.
Setelah nyata mereka yang sujud dan mereka yang enggan sujud, Adam dan isterinya di tempatkan di jannah (taman/syurga). ‘Dan Kami (Allah) berfirman: Wahai Adam! Tinggallah engkau dan isteri engkau di dalam jannah (taman/syurga) ini, dan makanlah kamu berdua daripadanya (makanan di dalam jannah) sepuas-puasnya sebagaimana kamu berdua sukai, dan janganlah kamu hampiri pokok ini; (kalau kamu menghampirinya) kamu akan tergolong daripada orang yang zalim.’ Adam dan isterinya ditegah daripada mendekati satu pohon. Pohon itu akan memudaratkan mereka jika didekati apalagi jika memakan buahnya. Pohon apakah itu? Cukuplah kita menerimanya sebagai pohon terlarang. Tidak usah di teka-teka.

2-36: Digelincirkan kedua-duanya oleh syaitan daripada (larangan) itu, maka (Allah) mengeluarkan keduanya dari tempat mereka berada (jannah). Dan Kami (Allah) berfirman: “Turunlah kamu! Sebahagian daripada kamu menjadi musuh kepada sebahagian yang lain; dan bagi kamu di bumi, adalah tempat menetap dan kesenangan, sehingga sampai waktu yang ditentukan.”
‘Digelincirkan kedua-duanya oleh syaitan daripada (larangan) itu.’ Iblis yang enggan sujud mempunyai potensi yang besar di dalam mengeluarkan tenaga jahat. Bekas yang menerima tenaga jahat iblis dinamakan syaitan. Syaitan boleh jadi berbangsa jin atau berbangsa manusia. Bahkan pada diri setiap manusia itu ada persediaan untuk menerima syaitan daripada luar atau untuk terus menjadi syaitan. Adam terpedaya oleh pujuk rayu dan kata-kata manis syaitan. Adam gagal berpegang teguh kepada peringatan bahawa makhluk yang enggan sujud itu akan mendatangkan kemudaratan kepadanya, tidak sekali-kali membiarkannya bersenang-senang. Ramai daripada keturunan Adam yang menganut al-din Islam juga gagal melihat betapa besarnya bahaya yang ada dengan mereka yang enggan sujud, baik jin atau manusia sendiri. Pujuk rayu dan kata-kata manis golongan yang enggan sujud itu sering mengheret umat Islam ke dalam kebinasaan. Bapa manusia, Adam, telah menerima padahnya: ‘Maka (Allah) mengeluarkan keduanya dari tempat mereka berada (jannah).’ Keadaan bersenang-lenang dan dapat memakan apa sahaja yang disukai, ditarik semula. ‘Dan Kami (Allah) berfirman: Turunlah kamu!’ Turun daripada jannah ke tempat yang lebih bawah iaitu bumi atau dunia dalam keadaan: ‘Sebahagian daripada kamu menjadi musuh kepada sebahagian yang lain.’ Permusuhan di antara manusia dengan syaitan dan permusuhan sesama manusia akan berlaku di bumi, di dalam dunia. Sebelum Adam diturunkan ke bumi bagi menjalankan tugas sebagai khalifah, Adam terlebih dahulu diberitahu keadaan umat yang akan ditadbirkannya. Bumi, bahan-bahan bumi dan dunia mengeluarkan pengaruh dan tarikan yang mengakibatkan berlaku kekacauan, permusuhan dan berbunuh-bunuhan sesama keturunan Adam, seperti yang telah diketahui oleh para malaikat. Adam tidak disuruh tunduk kepada kekacauan dan keburukan yang lahir daripada anasir-anasir bumi itu. Allah melantik Adam sebagai khalifah, wakil Allah, iaitu orang yang dipertanggungjawabkan oleh Allah untuk memakmurkan bumi, mengharmonikan anasir-anasir bumi dengan manusia, menghubungkan silaturrahim sesama manusia, menekankan perbezaan dan menonjolkan persamaan dan mengwujudkan suasana sejahtera. Peringatan ringkas daripada Allah itu memberi pengajaran yang besar kepada Adam dalam memahami bidang kekhalifahannya. ‘Dan bagi kamu di bumi, adalah tempat menetap dan kesenangan, sehingga sampai waktu yang ditentukan.’ Ditetapkan bagi Adam dan keturunannya mendiami bumi, tidak boleh meminta tempat lain, apa lagi tempat di mana Adam diciptakan. Bumi bukan sekadar menjadi tempat tinggal malah lebih utama ialah di sinilah manusia diberi kesempatan mencari perbekalan, baik untuk kehidupan mereka di bumi mahupun untuk kehidupan mereka sesudah kehidupan bumi. Allah memberi bimbingan kepada Adam dalam menangani kekacauan di kalangan umatnya. Adam perlu memberi kesedaran kepada keturunannya bahawa hanya bumi ini sahaja yang diberikan kepada mereka sebagai tempat tinggal. Jika bumi ini rosak, hancur luluh, mereka tidak ada tempat lain untuk pergi. Jadi mereka perlu mencintai bumi ini sebagaimana mereka mencintai diri mereka sendiri. Mereka juga harus sedar bahawa kehidupan mereka di bumi tidak kekal. Perjalanan mereka masih jauh. Semasa di bumi inilah mereka perlu mengambil perbekalan untuk pengembaraan yang berikutnya. Manusia perlu insaf, asalnya mereka tidak ada. Kemudian Allah menciptakan manusia sekali pun pada mulanya malaikat meragui ciptaan itu. Allah Maha Berdiri Dengan Sendiri, tidak terpengaruh dengan ilmu dan pendapat malaikat. Lantaran itu penciptaan manusia tetap terlaksana. Setelah tinggal di jannah, Adam pergi pula kepada kehidupan di bumi. Adam sudah memasuki tiga suasana: Tidak ada, tinggal di jannah dan tinggal di bumi. Bukanlah perkara mustahil ada kehidupan lain setelah kehidupan bumi. Oleh itu percayalah kepada pesanan Allah dan ambillah bekal untuk perjalanan seterusnya. Jika umat manusia menginsafi semua ini akan sejahteralah kehidupan mereka di bumi.

2-37: Setelah itu, Adam menerima beberapa kalimah daripada Rab (Tuhan)nya, maka Dia (Allah) menerima taubatnya (Adam); sesungguhnya Dia (Allah) adalah al-Tawwab (Maha Penerima taubat), al-Rahim (Maha Mengasihani).
Setelah menerima watikah, sebelum menjalankan tugas, Adam mendapat rahmat yang paling besar daripada Allah: ‘Setelah itu, Adam menerima beberapa kalimah daripada Rab (Tuhan)nya, maka Dia (Allah) menerima taubatnya (Adam); sesungguhnya Dia (Allah) adalah al-Tawwab (Maha Penerima taubat), al-Rahim (Maha Mengasihani).’ Adam telah bersalah dan tidak tahu bagaimana mahu menebus kesalahan itu. Adakah dia akan turun ke bumi membawa bersama dosanya? Di bumi nanti, sebagai salah satu bidang kekhalifahannya ialah mengembangkan zuriat. Adakah dirinya yang berdosa itulah yang akan menurunkan zuriat dan intipati dosanya itu akan menyerap kepada zuriatnya? Tidak, sama sekali tidak! Allah telah mengurniakan beberapa kalimah kepada Adam. Kalimah itu memutuskan dosa yang lalu dengan kehidupan yang mendatang. Adam boleh turun ke bumi menjalankan tugasnya dengan tenang kerana Allah telah mengampuninya.
Adam yang berdosa sanggup rujuk (kembali) kepada Allah. Tangan Allah sentiasa bersedia menyambut kepulangan hamba-Nya. Berapa jauh sekali pun hamba itu terpelanting, kembalilah dan Allah akan menyambutnya. Sunnatu’llah! Allah tentukan pada diri-Nya bahawa Dia adalah Pemberi ampun. Dia sendiri yang mengajar kepada Adam cara bertaubat. Adam mematuhi-Nya dan melakukan sebagaimana yang Allah ajarkan. Allah berpegang kepada janji-Nya, demi kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya, lalu Dia ampunkan Adam. Maha Suci Rab (Tuhan) kami, sesungguhnya janji Rab (Tuhan) kami pasti terlaksana!

2-38: Kami (Allah) berfirman: “Turunlah kamu sekalian dari (jannah) ini! Kemudian jika datang kepada kamu petunjuk daripada-Ku (daripada Allah), maka sesiapa yang menuruti petunjuk-Ku (petunjuk Allah) itu, nescaya tidak ada ketakutan bagi mereka, dan tidak (pula) mereka berdukacita.”
Sampailah masanya buat Adam berangkat ke matlamat atau tujuan penciptaannya. Dia akan pergi ke tempat baharu lagi asing baginya. Dia akan menjalankan tugas yang besar. Terasa berat di dalam hati, tetapi Allah menenangkannya dan memberi jaminan. ‘Kami (Allah) berfirman: Turunlah kamu sekalian dari (jannah) ini! Kemudian jika datang kepada kamu petunjuk daripada-Ku (daripada Allah), maka sesiapa yang menuruti petunjuk-Ku (petunjuk Allah) itu, nescaya tidak ada ketakutan bagi mereka, dan tidak (pula) mereka berdukacita.’ Allah tidak akan membiarkan Adam meraba-raba di dalam kegelapan, tidak tahu apa yang hendak dibuat. Dia (Adam) diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi. Dia diperlengkapkan bagi menjalankan tugas tersebut. Allah telah mengajarkannya nama-nama semuanya. Walaupun begitu Allah menjaminkan akan menurunkan petunjuk dari masa ke masa. Petunjuk dari Allah mempunyai tenaga yang maha besar kerana sesiapa mentaati petunjuk Allah itu akan terlepas daripada ketakutan dan dukacita. Hidup di bumi penuh dengan ujian, pancaroba dan perkara-perkara yang mengancam kesejahteraan manusia. Malapetaka itu mendatangkan cengkaman dan ketakutan pada jiwa manusia. Ketidak-upayaan manusia mengatasi sesuatu malapetaka itu mendatangkan dukacita dalam jiwanya. Penawar bagi semua itu ialah mentaati petunjuk dari Allah. Ketaatan kepada petunjuk Allah menjadikan jiwa kuat, mampu bertahan di kala menerima himpitan dan dapat menghilangkan dukacita di kala hasrat dan ikhtiar tidak membuahkan hasil.

2-39: Dan orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Allah), mereka itu ahli (penghuni) neraka, mereka kekal di dalamnya.
‘Dan orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Allah), mereka itu ahli (penghuni) neraka, mereka kekal di dalamnya.’ Adam diberi kesedaran bahawa tidak semua keturunannya akan mentaati petunjuk Allah. Ramai daripada mereka akan kufur dengannya. Mereka akan menjadi rezeki neraka. Bahan neraka ternyata di dalam dunia iaitu ketakutan dan dukacita. Mereka akan lari dari masalah seperti tikus masuk ke dalam lubang. Mereka mengalami resah gelisah seperti cacing kepanasan. Dukacita menjadi teman mereka. Pandang ke kanan dukacita, pandang ke kiri juga dukacita. Mati mereka di dalam ketakutan dan dukacita. Bersedialah pula mereka menghadapi azab yang lebih besar iaitu neraka. Kekal mereka di dalamnya.
Kisah-kisah penciptaan Adam, soal-jawab malaikat, persiapan Adam dengan ilmu dan bakat yang mencukupi bagi menjalankan tugas, perintah sujud, kekufuran iblis, kehidupan Adam dan isteri di dalam jannah, kesalahan Adam mendengar tipu daya syaitan dan penurunan Adam ke bumi, semuanya itu memberi iktibar yang besar bagi umat manusia, keturunan Adam.
Sebelum Adam turun ke bumi di manakah berlakunya kisah-kisah yang lain itu? Adam diturunkan ke bumi atau dunia yang bermaksud tempat yang rendah. Tentu sekali penurunan itu dari tempat tinggi ke tempat rendah. Di tempat yang tinggi itu ada malaikat-malaikat, menunjukkan ianya alam malaikat-malaikat atau alam malakut. Penghuni alam malakut itu semuanya bertaraf malaikat hinggakan makhluk yang berpotensi menjadi kafir pun bertaraf malaikat pada ketika itu. Adam yang diciptakan dalam alam itu juga bertaraf malaikat tetapi membawa potensi insan. Adam yang berada dalam alam malakut hidup dengan bakat malaikat, tidak memerlukan udara, perjalanan darah dan juga fungsi jantung. Bakat malaikat yang ada dengan Adam itu rosak apabila Adam mendekati atau memakan buah dari pokok terlarang. Adam tidak ada pilihan kecuali meninggalkan alam malakut dan pergi ke tempat yang sesuai dengan perubahan bakat kehidupannya. Jika Adam masih juga terus tinggal di alam malakut mungkin Adam akan mengalami kematian atau hilang fungsi tubuh badannya. Penghijrahan Adam ke bumi memastikan kesinambungan kehidupannya. Di samping itu perlu juga dilihat kepada peristiwa malaikat-malaikat diperintahkan sujud. Semuanya pada ketika itu berkedudukan sebagai malaikat. Walau apa pun taraf dan kedudukan seseorang atau satu-satu individu itu namun, dalam dirinya tersembunyi potensi sebenar atau rahsia seni dirinya. Rahsia seni ini akan keluar juga akhirnya bila suisnya tersentuh. Perintah sujud menyentuh suis rahsia seni satu makhluk. Bila suisnya itu diaktifkan muncullah bakat-bakat sebenar rahsia seni tersebut. Jika dikumpulkan bakat-bakat itu dan dilihat sebagai satu sahaja maka ia dikenali sebagai iblis. Makhluk yang diberi kedudukan sebagai malaikat tetapi memiliki potensi atau rahsia seni iblis akhirnya menjadi iblis juga. Adam yang diberi ilmu dan ditempatkan di dalam jannah tidak dapat lari daripada potensi atau rahsia seni dirinya. Dalam rahsia seni itu ada kelemahan-kelemahan, mudah percaya kepada janji-janji dan kata-kata manis, mahu menjaga kepentingan diri, inginkan kehidupan abadi dan lain-lain. Bila mendengar pujukan, kata-kata manis dan janji-janji keabadian daripada syaitan, tersentuhlah suis rahsia seni Adam dan aktiflah sifat insan pada diri Adam. Baharulah Adam benar-benar menjadi manusia yang akan memegang jawatan khalifah di bumi. Setiap orang ada rahsia seni masing-masing. Rahsia seni itulah destininya. Bila dia sudah menemui rahsia seninya kenallah dia akan dirinya dan berjalanlah dia dengan bakat sebenar dirinya itu.

Kandungan Surah Al-Baqarah ayat 28 sampai 29

Surat Al-Baqarah ayat [28-29]



قَالَ اللهُ تَعَالَى :كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ {28} هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلىَ السَّمَآءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمُُ {29}

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu di kembalikan..[28]. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. [29].

Tafsirannya:

(28). (Mengapa kamu kafir kepada Allah); pertanyaan ini sebagai pengingkaran dan rasa heran terhadap kondisi mereka, seakan Dia Ta’ala berfirman: ‘mengapa kamu kafir kepada Allah padahal kamu mengetahui kisah ini dari awal hingga akhirnya?. (padahal kamu tadinya mati); yakni sebelum kamu diciptakan alias dari tiada. (lalu Allah menghidupkan kamu); yakni Dia menciptakan dan meniupkan ruh-mu. (kamu dimatikan); ketika ajalmu berakhir. (dan dihidupkan-Nya kembali); pada hari kiamat. (kemudian kepada-Nya-lah kamu di kembalikan); yakni dikumpulkan di al-Mauqif (padang Mahsyar) disisi Allah Ta’ala lalu Dia Ta’ala memberikan ganjaran atas semua perbuatanmu.

(29). (Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu); sebagai kemuliaan dari-Nya dan nikmat bagi manusia serta perbekalan hidup dan kemanfaatan untuk waktu tertentu. (dan Dia berkehendak [menciptakan] langit); lafazh “Tsummas tawa: (artinya): ‘dan Dia berkehendak (menciptakan)’ ”, mashdar/kata bendanya adalah istiwa’. Jadi, al-Istiwa’ artinya meninggi dan naik keatas sesuatu sebagaimana makna firman Allah Ta’ala (dalam ayat yang lain-red): “Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu…”. (Q.S.Al-Mu’minun/23:28). (lalu dijadikan-Nya); meluruskan (menyempurnakan) penciptaannya (langit) sehingga tidak bengkok (tidak ada cacat didalamnya-red) [Zub]. (tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu); meskipun demikian Ilmu-Nya mencakup segala sesuatu, Maha Suci Dia Yang tiada ilah dan Rabb (Yang berhak disembah) selain-Nya. [Ays]

PETUNJUK AYAT:
Mengingkari perbuatan kufur kepada Allah Ta’ala.
Menegakkan hujjah/dalil atas adanya Allah, qudrat serta rahmatNya.
Halalnya segala sesuatu * yang ada di muka bumi; baik makanan, minuman, pakaian serta tunggangan kecuali yang telah diharamkan berdasarkan dalil yang khusus dari Kitabullah atau as-Sunnah. Hal ini berdasarkan firman Allah:”Dia telah menciptakan ** bagi kamu semua apa yang ada di muka bumi”. [Ays]

: (Syaikh Abu Bakar al-Jazairy berkata): “sebagian ulama berpendapat bahwa hukum asal segala sesuatu adalah dilarang/diharamkan hingga ada dalil yang membolehkannya/menghalalkannya sebab semua yang dimiliki tidak halal/boleh kecuali dengan seizin pemiliknya; ini merupakan pendapat lain yang baik untuk disebutkan disini”. [Ays]