Minggu, 07 Agustus 2011

Kisah ashabul kahfi

"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung kedalam gua lalu mereka berdoa, "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS al-Kahfi:10).


Dengan panjang lebar kitab Qishashul Anbiya mulai dari halaman 566 meriwayatkan sebagai berikut:

Dikala Umar bin Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah, "Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi.

"Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan," sahut Khalifah Umar.

"Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?" Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya. "Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau induknya! Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) disaat ia sedang berkicau! Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan dikala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda disaat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak diwaktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai disaat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?"

Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berpikir sejenak, kemudian berkata, "Bagi Umar, jika ia menjawab 'tidak tahu' atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!''

Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata, "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!"

Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: "Kalian tunggu sebentar!"

Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: "Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!"

Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: "Mengapa?"

Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar bin Khattab. Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasulullah SAW. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkat,: "Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!"

Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib herkata, "Silahkan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasulullah SAW sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!"

Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata, "Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!" "Ya baik!" jawab mereka.

"Sekarang tanyakanlah satu demi satu," kata Ali bin Abi Thalib.

Mereka mulai bertanya, "Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?"

"Induk kunci itu," jawab Ali bin Abi Thalib, "ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik laki-laki ataupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai kehadirat Allah!"

Para pendeta Yahudi bertanya lagi, "Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?"

Ali bin Abi Thalib menjawab, "Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah!"

Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata, "Orang itu benar juga!" Mereka bertanya lebih lanjut, "Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!"

"Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta," jawab Ali bin Abi Thalib. "Nabi Yunus AS dibawa keliling ketujuh samudera!"

Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi, "Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!"

Ali bin Abi Thalib menjawab, "Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman AS putera Nabi Dawud AS, Semut itu berkata kepada kaumnya, 'Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!"

Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya, "Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan diatas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun diantara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!"

Ali bin Abi Thalib menjawab, "Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular)."

Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali r.a. lalu mengatakan, "Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah!"

Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib, "Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda."

"Tanyakanlah apa saja yang kau inginkan," sahut Imam Ali.

"Coba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?" Tanya pendeta tadi.

Ali bin Ali Thalib menjawab, "Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka itu."
Masjid Gua Kahfi Yang Lama. Masjid Gua Kahfi Yang Lama.

Pendeta Yahudi itu menyahut, "Aku sudah banyak mendengar tentang Qur'an kalian itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, coba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!"



Ali bin Abi Thalib kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut kedepan perut, lalu ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ke pinggang. Lalu ia berkata, "Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasulullah SAW kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di negeri Romawi, disebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak di dalam wilayah Turki). Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah Istana."

Baru sampai disitu, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya, "Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya!"

Ali bin Abi Thalib menerangkan, "Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari batu marmer. Panjangnya satu farsakh (+/- 8 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Pilar-pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu-lampu yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu-lampu itu bergelantungan pada rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. Disebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi. Raja itu pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaan duduk. Disebelah kirinya juga disediakan 80 buah kursi terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa-penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala."

Sampai disitu pendeta yang bersangkutan berdiri lagi sambil berkata, "Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?"

"Hai saudara Yahudi," kata Imam Ali menerangkan, "Mahkota raja itu terbuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam. Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus berdiri di belakang raja. Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantunya. Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri."

Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi, lalu berkata, "Hai Ali, jika yang kau katakan itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!"

Menanggapi hal itu, Imam Ali r.a. menjawab, "Kekasihku Muhammad Rasulullah SAW menceritakan kepadaku, bahwa tiga orang yang berdiri disebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.

Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung didalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibaskan sayap serta bulunya, sampai sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua tempat sekitarnya.

Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang pula. Lalu hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung didalamnya, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi. Burung itu lalu terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak di atas kepala raja.
Pintu Masuk Gua Ashabul Kahfi. Pintu Masuk Gua Ashabul Kahfi.

Demikianlah raja itu berada di atas singgasana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah atau pun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai "tuhan" dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah SWT.

Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah SWT.

Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada balatentara asing masuk menyerbu kedalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan --seorang cerdas yang bernama Tamlikha-- memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh pikiran. Ia berpikir, lalu berkata di dalam hati, "Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan.

Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya, 'Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?'

'Teman-teman,' sahut Tamlikha, 'hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur.'

Teman-temannya mengejar, 'Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?'

'Sudah lama aku memikirkan soal langit,' ujar Tamlikha menjelaskan. 'Aku lalu bertanya pada diriku sendiri,'siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?' Kemudian kupikirkan juga bumi ini, 'Siapakah yang membentang dan menghamparkan-nya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?' Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri, 'Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius'…"

Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkata, 'Hai Tamlikha dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!'

'Saudara-saudara,' jawab Tamlikha, 'baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja Pencipta Langit dan Bumi!'

'Kami setuju dengan pendapatmu,' sahut teman-temannya.

Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan akhirnya berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam kantong baju. Lalu berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang temannya.

Kamar Ashabul Kahfi Sebelah Barat. Kamar Ashabul Kahfi Sebelah Barat. Kamar Ashabul Kahfi Sebelah Timur. Kamar Ashabul Kahfi Sebelah Timur.

Setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya, 'Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar. Mereka turun dari kudanya masing-masing. Lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, sampai kaki mereka bengkak berdarah karena tidak biasa berjalan kaki sejauh itu.

Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala itu mereka bertanya,'Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?'

'Aku mempunyai semua yang kalian inginkan,' sahut penggembala itu. 'Tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian itu pasti melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu!'

'Ah…, susahnya orang ini,' jawab mereka. 'Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?' 'Ya,' jawab penggembala itu.

Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki mereka, ia berkata, 'Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian.'

Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya."

Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil berkata, "Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?"

"Hai saudara Yahudi," kata Ali bin Abi Thalib, "Anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qithmir. Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada temannya, kita khawatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu.

Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, lalu duduk di atas dua kaki belakang, menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan jelas sekali, 'Hai orang-orang, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apa pun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah SWT.'

Anjing itu akhirnya dibiarkan saja. Mereka lalu pergi. Penggembala tadi mengajak mereka naik ke sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua."

Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari tempat duduknya sambil berkata, "Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?"

Imam Ali menjelaskan, "Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau disebut juga dengan nama Kheram!"

Ali bin Abi Thalib meneruskan ceritanya, "Secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di tempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga duduk sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua. Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah SWT mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.

Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawaban, bahwa mereka itu melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.

Kepada para pengikutnya ia berkata, 'Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari!'

Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam semen). Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya, "Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu.,

Dalam gua tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun.

Setelah masa yang amat panjang itu lewat, Allah SWT mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidurnya masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya, 'Malam tadi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air!'

Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mata air itu sudah mengering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah SWT membuat mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bertanya, 'Siapakah diantara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa uang untuk bisa mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke kota nanti supaya hati-hati benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak-babi.'

Tamlikha kemudian berkata, 'Hai saudara-saudara, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!'

Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui. Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa bertuliskan, 'Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah.'

Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri, 'Kusangka aku ini masih tidur!' Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja rot, 'Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?' 'Aphesus,' sahut penjual roti itu.

'Siapakah nama raja kalian?' tanya Tamlikha lagi. 'Abdurrahman,' jawab penjual roti.

'Kalau yang kau katakan itu benar,' kata Tamlikha, 'urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku!'

Melihat uang itu, penjual roti keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat."

Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib, "Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru!"

Imam Ali menerangkan, "Uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!"

Imam Ali kemudian melanjutkan ceritanya, "Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha, 'Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku! Kalau tidak, engkau akan ku hadapkan kepada raja!'

'Aku tidak menemukan harta karun,' sangkal Tamlikha. 'Uang ini ku dapat tiga hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma seharga tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota karena orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!'

Penjual roti itu marah. Lalu berkata, 'Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?'

Tamlikha lalu ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berpikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha, 'Bagaimana cerita tentang orang ini?' 'Dia menemukan harta karun,' jawab orang-orang yang membawanya.

Kepada Tamlikha, Raja berkata, 'Engkau tak perlu takut! Nabi Isa AS memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat.'

Tamlikha menjawab, 'Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk kota ini!'

Raja bertanya sambil keheran-heranan, 'Engkau penduduk kota ini?' 'Ya. Benar,' sahut Tamlikha.

'Adakah orang yang kau kenal?' tanya raja lagi. 'Ya, ada,' jawab Tamlikha.

'Coba sebutkan siapa namanya,' perintah raja. Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata. 'Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?'

'Ya, tuanku,' jawab Tamlikha. 'Utuslah seorang menyertai aku!'

Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu. Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengantarkan, 'Inilah rumahku!'

Pintu rumah itu lalu diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang, 'Kalian ada perlu apa?'

Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut, 'Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya!'

Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya, 'Siapa namamu?' 'Aku Tamlikha anak Filistin!'
Tulang Belulang Ashabul Kahfi yang ditemukan Tahun 1963. Tulang Belulang Ashabul Kahfi yang ditemukan Tahun 1963.

Orang tua itu lalu berkata, 'Coba ulangi lagi!' Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang tua itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap. 'Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang diantara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka." Kemudian diteruskannya dengan suara haru, 'Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa AS, dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali!'

Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian dilaporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas pundak, sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya-tanya, 'Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu?'

Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua.

Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua," demikian Imam Ali melanjutkan ceritanya.

"Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya dekat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka, 'Aku khawatir kalau sampai teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!'

Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata, 'Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!'

Tamlikha menukas, 'Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal di sini?'

'Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja,' jawab mereka.

'Tidak!' sangkal Tamlikha. 'Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!'

Teman-teman Tamlikha menyahut, 'Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?' 'Lantas apa yang kalian inginkan?' Tamlikha balik bertanya.

'Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat seperti itu juga,' jawab mereka. Mereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa, 'Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!'

Allah SWT mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah SWT melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya ke dalam gua. Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah SWT. Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.

Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata, 'Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah tempat ibadah di pintu gua itu.'

Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula, 'Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah biara di pintu gua itu.'

Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam."

Sampai di situ Imam Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, "Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang ku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kalian?"

Pendeta Yahudi itu menjawab, "Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan umat ini!"

Demikianlah hikayat tentang para penghuni gua (Ashhabul Kahfi), kutipan dari kitab Qishasul Anbiya yang tercantum dalam kitab Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad, dalam menunjukkan banyaknya ilmu pengetahuan yang diperoleh Imam Ali bin Abi Thalib dari Rasul SAW.

Sabtu, 06 Agustus 2011

Rahasia dibalik nama Rasulullah (MUHAMMAD)

Rahasia dibalik nama Muhammad, dimana banyak makna yang tersirat dalam kebesaran nama yang sederhana itu. entah apakah ini merupakan salah satu mukjizat atau sekedar kebetulan saja, bahwa ada fakta menarik di abjad/huruf-huruf yang tersusun dari nama itu:

1. Kata Muhammad, jika kita gabungkan dalam bentuk normal mim ha mim dal, maka akan menjadi sebuah sekesta seorang manusia. sudah maklum adanya bahwa sebaik-baik mahluk / ciptaan yang pernah diciptakan oleh Tuhan di alam semesta ini adalah manusia dengan kelebihan aqal mereka, sementara mahluk lain hanyalah hayawan dan planet-planet yang penuh rahasia.

Manusia Sempurna:

2. kata Ahmad, jika kita cermati satu-persatu hurufnya mak huruf-huruf itu akan mennggambarkan sosok orang yang sedang melakukan sholat, tahukah kita bahwa sholat merupakan sebaik-baik doa dan ibadah yang pernah diperintahkanNya.

Ahmad Terpisah:

3. Kata Muhammad jika digabungkan huruf-hurufnya maka akan berbentuk layaknya manusia yang sedang sujud dalam shalat. dalam ritual sholat Sujud merupakan inti dari semua rukun-rukunnya, karena pada saat sujud manusia menundukkan 8 bagian tubuhnya di bumi bukti kepasrahan total kepada sang pencipta. hmmm betapa rahasia Tuhan sangat menggetarkan hati, saya yakin masih banyak tersirat rahasia-rahaisa lain dibalik sosok, nama dan semua yang berkaitan dengan sang kekasih sejati 'Habibullah: Muhammad'. Bgeitulah hasil temuan situs woamu.mangaku.net

Jumat, 05 Agustus 2011

7 jebakan iblis untuk manusia


1. Ibn Qayyim Al Jauziah dalam menafsirkan ayat “ IYYAKANA’BUDU WAIYYA KANASTA’IN “ menyimpulkan ada 7 langkah iblis dalam menjebak manusia agar mendurhakai Allah. Yang pertama iblis menawarkan pada kita kekufuran,ia mengajak kita untuk menilai ibadah dengan keberhasilan mendapatkan harta, jabatan atau kedudukan, iblis membisikkan pada hati manusia buat apa ibadah, buat apa agama, toh yang taat atau tidak, yang sujud dengan yang bangsat, yang beragama dengan yang tidak sama saja, kalau kerja pasti sukses, yang tidak mengaku ada tuhan juga bisa kaya. Iblis juga mengajarkan bahwa agama sebagai keterbelakangan dan agnotisisme dianggap sebagai pertanda kemajuan. Iblis berbisik dalam hati manusia, " lihat..., bukankah bangsa-bangsa yang modern tidak peduli dengan agama, orang-orang Barat melejit dalam sains karena meninggalkan iman Kristen, kata iblis manusia modern adalah manusia yang rasional, sekular dan individual, sedangkan agama menyebabkan manusia irasional, dogmatis serta perbudakan, agama hanya akan meninabobokkan umat manusia.

2. Kalau jebakan kekufuran dapat kita tepis, iblis menjebak kita dengan jebakan yang ke 2, dia akan menjebak kita dengan hal-hal yang bid'ah, rasul mengajarkan perbedaan pendapat untuk rahmat namun kita menjadikan perbedaan pendapat dalam furu' ibadah untuk mengkafirkan orang yang tidak sepaham dengan kita, timbul sekat-sekat pemisah antara muslim satu dengan muslim yang lain, yang akhirnya rusaklah ukhuwah islamiyah, rasul mengajarkan kita untuk menyambung tali silaturrahmi, kita malah mewariskan dendam dan sentimen kita kepada anak-anak kita bahkan sampai kepada cucu kita

3. Apa bila iblis tidak sukses menjebak kita dengan hal - hal yang bid'ah, bukan berarti dia kalah, tapi iblis menggunakan jebakan yang ke 3, anda akan ditawarkan dosa - dosa besar ( al kabaair ), dibisikan pada hati kita untuk melalukan dosa - dosa besar, anda diajak melakukan zina, mencuri ( korupsi ), ghibah, namimah dan lain - lain dosa besar dengan iming - iming bahwa kelak di usia senja anda akan bertaubah kepadaNya, toh... sebanyak apapun dosa kita jika bertaubat dengan taubatan nasuha niscaya kita dapatkan Allah adalah tuhan yang Ghafururrahim, Dia akan mengampuni seluruh dosa - dosa hamba kecuali dosa menyekutuiNya. Sungguh benar Allah maha pengampun lagi penyayang, namun yang menjadi masalah adakah jaminan kita sempat bertaubat dengan segudang dosa yang kita miliki ? Tidak ada satupun dari makhlukNya yang dapat menjamin apakah kita dapat menghirup udara pada esok hari, boleh jadi besok kita sudah tiada, boleh jadi besok kita sudah mendapat titel Almarhum / almarhumah. Oleh karena itu bertaubatlah anda segera ! Karena kematian suatu hal yg mesterius problem.

4. Jika anda lolos dari jebakan yang ke 3, katakanlah anda tidak mau melakukan dosa-dosa besar. Iblis datang dengan jebakan ke 4, anda akan ditawarkan dosa-dosa kecil, dengan halus iblis membisikkan dalam hati anda : berbuat dosa itu manusiawi, kita akan jadi malaikat kalau tidak pernah berbuat dosa, lagi pula Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Allah akan mengampuni dosa-dosa kecil selama anda meninggalkan dosa-dosa besar, dilupakan oleh iblis dan orang-orang yang rawan iblis akan sabda nabi SAW : " Janganlah meremehkan dosa, karena dosa-dosa kecil akan menjadi besar bila orang menghimpunnya ", sekecil apapun dosa kita jika ditumpuk dan ditumpuk lama-lama akan menjadi besar. Ali bin Abi Thalib berkata, " Dosa paling besar adalah dosa yang dianggap kecil oleh pelakunya." Wahai saudaraku berhati-hatilah anda, iblis sangat lihai dalam menjebak kita.

5. Jebakan kelima didesain iblis bila anda juga berhasil menghindari dosa-dosa kecil. Iblis akan menyibukkan anda untuk melakukan hal-hal yang MUBAH, senam pagi itu mubah, boleh-boleh saja tetapi bila senam pagi menyebabkan anda tidak dapat melayani masyarakat, padahal tugas anda adalah sebagai pegawai negeri maka anda jatuh pada jebakan iblis. Demikian juga ibu-ibu yang aktif diluar sehingga rumah tangganya terlantar, atau mahasiswa yang asyik main catur, facebookan, game sehingga lupa mengerjakan tugas-tugas sekolah, jika demikian adanya dia telah jatuh dalam jebakan iblis. Makan juga mubah namun jika anda makan berlebih-lebihan anda berdosa krn Allah membenci orang-orang yang berlebih-lebihan, firmanNya " makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Maka berhati-hatilah anda dengan hal-hal yang mubah, krn hal-hal yang mubah tanpa kontrol dan berlebih-lebihan akan berobah menjadi haram hukumnya.

6. Jika anda sukses menghindari jebakan ke lima, iblis menjebak anda dengan Jebakan yang keenam. Jebakan ini lebih canggih lagi. Iblis menawarkan anda dengan ibadah-ibadah yang utama, tetapi melalaikan anda dari hal-hal yang lebih utama, kedengarannya sulit, berzikir itu ibadah utama, tapi bila anda sibuk berzikir, membersihkan diri atau bertafakur disudut-sudut rumah anda lalu anda mengabaikan masalah-masalah sosial, anda terjebak oleh iblis, anda sebagai Ayah atau suami asyik berzikir dan tadarus serta membersihkan diri anda, tapi anda membiarkan gadis-gadis anda, istri anda mendurhakai Allah SWT, anda membiarkan gadis dan istri anda keluar rumah menanggalkan jilbab mereka, membiarkan gadis anda memakai pakaian ketat dan rapat, membiarkan bujang-bujang anda mabuk-mabukan, membiarkan gadis-gadis anda keluar rumah tanpa jelas kemana mereka pergi, masa bodoh anda dengan pergaulan anak anda. Demi Allah anda telah masuk perangkap iblis, walaupun anda tiap tahun melakukan ibadah haji, tiap malam tadarus dan tahajjud, zikir dikeheningan malam, tidak akan ada artinya jika anda membiarkan anak istri anda mendurhakai Allah SWT, padahal anda adalah pemimpin bagi mereka, Allah SWT berfirman : " Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka." ( At- Tahrim ayat 6 ). Berhati-hatilah, kerjakan amalan-amalan utama tapi jangan lupa amalan-amalan paling utama, agar kita terhindar dari jebakan iblis, Na-uzubillahiminasysyaithainirrajiem, Amien ya Rabb.

7. Jebakan yang paling canggih, khusus untuk orang-orang takwa. Iblis akan mengerahkan bala tentaranya, jin dan manusia untuk menyakitinya. Orang saleh itu akan difitnah, dicaci-maki, diganggu dengan lisan atau tindakan kebenaran ajarannya akan disebut dusta, kebersihan pribadinya akan dianggap skandal, nasehatnya akan diperlakukan sebagai tindakan subversif atau meresahkan masyarakat. Sejarah membuktikan betapa banyak orang-orang yang istiqamah dalam menegakkah kebeneran, berkata jujur walaupun pahit, yang berani menentang kezaliman akan mati dengan cara-cara yang mengenaskan. Para sahabat nabi SAW seperti Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali dan lain-lain wafat dengan cara-cara yang sadis, diracun, digorok, ditebas lehernya dan bermacam cara yang tidak manusiawi. Jika anda istiqamah diatas kebenaran bersiap-siaplah difitnah, diteror dan bahkan dihabisi dengan cara mengenaskan, namun Lebih baik mati berkalangkan tanah daripada hidup bercerminkan bangkai. Tegakkanlah kebenaran walaupun nyawa taruhannya. Untuk menutup tulisan rangkaian jebakan iblis dari yang pertama sampai yang terakhir marilah kita merenungi firman Allah SWT : " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan Rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih ( dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu ) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." { An-Nuur : 21 }

enjoy the silence


Risalah sederhana berikut berisi penjelasan mengenai bahaya lisan. Sehingga berhati-hatilah dengan lisan, jangan sampai digunakan untuk mencemooh, mengejek orang lain, apalagi ditujukan pada seorang muslim yang ingin menjalankan ajaran Islam. Jadi satu kondisi, diam itu emas jika diamnya adalah dari membicarakan orang lain, atau diamnya dari berbicara yang sia-sia atau berbau maksiat.
Perhatikanlah, sesungguhnya karena lisan seseorang bisa terjerumus dalam jurang kebinasaan. Lihatlah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ketika berbicara dengan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,
Ų£َŁ„Ų§َ Ų£ُŲ®ْŲØِŲ±ُŁƒَ ŲØِŁ…َŁ„Ų§َŁƒِ Ų°َŁ„ِŁƒَ ŁƒُŁ„ِّŁ‡ِ. Ł‚ُŁ„ْŲŖُ ŲØَŁ„َŁ‰ ŁŠَŲ§ Ł†َŲØِŁ‰َّ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ Ł‚َŲ§Ł„َ ŁَŲ£َŲ®َŲ°َ ŲØِŁ„ِŲ³َŲ§Ł†ِŁ‡ِ Ł‚َŲ§Ł„َ ŁƒُŁَّ Ų¹َŁ„َŁŠْŁƒَ Ł‡َŲ°َŲ§. ŁَŁ‚ُŁ„ْŲŖُ ŁŠَŲ§ Ł†َŲØِŁ‰َّ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁˆَŲ„ِŁ†َّŲ§ Ł„َŁ…ُŲ¤َŲ§Ų®َŲ°ُŁˆŁ†َ ŲØِŁ…َŲ§ Ł†َŲŖَŁƒَŁ„َّŁ…ُ ŲØِŁ‡ِ ŁَŁ‚َŲ§Ł„َ Ų«َŁƒِŁ„َŲŖْŁƒَ Ų£ُŁ…ُّŁƒَ ŁŠَŲ§ Ł…ُŲ¹َŲ§Ų°ُ ŁˆَŁ‡َŁ„ْ ŁŠَŁƒُŲØُّ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų³َ ŁِŁ‰ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų±ِ Ų¹َŁ„َŁ‰ ŁˆُŲ¬ُŁˆŁ‡ِŁ‡ِŁ…ْ Ų£َŁˆْ Ų¹َŁ„َŁ‰ Ł…َŁ†َŲ§Ų®ِŲ±ِŁ‡ِŁ…ْ Ų„ِŁ„Ų§َّ Ų­َŲµَŲ§Ų¦ِŲÆُ Ų£َŁ„ْŲ³ِŁ†َŲŖِŁ‡ِŁ…ْ.
“Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih)
Hendaklah seseorang berpikir dulu sebelum berbicara. Siapa tahu karena lisannya, dia akan dilempar ke neraka. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ų„ِŁ†َّ Ų§Ł„Ų±َّŲ¬ُŁ„َ Ł„َŁŠَŲŖَŁƒَŁ„َّŁ…ُ ŲØِŲ§Ł„ْŁƒَŁ„ِŁ…َŲ©ِ Ł„Ų§َ ŁŠَŲ±َŁ‰ ŲØِŁ‡َŲ§ ŲØَŲ£ْŲ³ًŲ§ ŁŠَŁ‡ْŁˆِŁ‰ ŲØِŁ‡َŲ§ Ų³َŲØْŲ¹ِŁŠŁ†َ Ų®َŲ±ِŁŠŁًŲ§ ŁِŁ‰ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų±ِ
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya.” (HR. Tirmidzi no. 2314. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
Ų„ِŁ†َّ Ų§Ł„ْŲ¹َŲØْŲÆَ Ł„َŁŠَŲŖَŁƒَŁ„َّŁ…ُ ŲØِŲ§Ł„ْŁƒَŁ„ِŁ…َŲ©ِ Ł…ِŁ†ْ Ų±ِŲ¶ْŁˆَŲ§Ł†ِ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ Ł„Ų§َ ŁŠُŁ„ْŁ‚ِŁ‰ Ł„َŁ‡َŲ§ ŲØَŲ§Ł„Ų§ً ، ŁŠَŲ±ْŁَŲ¹ُ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ ŲØِŁ‡َŲ§ ŲÆَŲ±َŲ¬َŲ§ŲŖٍ، ŁˆَŲ„ِŁ†َّ Ų§Ł„ْŲ¹َŲØْŲÆَ Ł„َŁŠَŲŖَŁƒَŁ„َّŁ…ُ ŲØِŲ§Ł„ْŁƒَŁ„ِŁ…َŲ©ِ Ł…ِŁ†ْ Ų³َŲ®َŲ·ِ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ Ł„Ų§َ ŁŠُŁ„ْŁ‚ِŁ‰ Ł„َŁ‡َŲ§ ŲØَŲ§Ł„Ų§ً ŁŠَŁ‡ْŁˆِŁ‰ ŲØِŁ‡َŲ§ ŁِŁ‰ Ų¬َŁ‡َŁ†َّŁ…َ
“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR. Bukhari no. 6478)
Ų„ِŁ†َّ Ų§Ł„ْŲ¹َŲØْŲÆَ Ł„َŁŠَŲŖَŁƒَŁ„َّŁ…ُ ŲØِŲ§Ł„ْŁƒَŁ„ِŁ…َŲ©ِ Ł…َŲ§ ŁŠَŲŖَŲØَŁŠَّŁ†ُ Ł…َŲ§ ŁِŁŠŁ‡َŲ§ ŁŠَŁ‡ْŁˆِŁ‰ ŲØِŁ‡َŲ§ ŁِŁ‰ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų±ِ Ų£َŲØْŲ¹َŲÆَ Ł…َŲ§ ŲØَŁŠْŁ†َ Ų§Ł„ْŁ…َŲ“ْŲ±ِŁ‚ِ ŁˆَŲ§Ł„ْŁ…َŲŗْŲ±ِŲØِ
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988)
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim (18/117) tatkala menjelaskan hadits ini mengatakan, “Ini semua merupakan dalil yang mendorong setiap orang agar selalu menjaga lisannya sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
Ł…َŁ†ْ ŁƒَŲ§Ł†َ ŁŠُŲ¤ْŁ…ِŁ†ُ ŲØِŲ§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁˆَŲ§Ł„ْŁŠَŁˆْŁ…ِ Ų§Ł„Ų¢Ų®ِŲ±ِ ŁَŁ„ْŁŠَŁ‚ُŁ„ْ Ų®َŁŠْŲ±ًŲ§، Ų£َŁˆْ Ł„ِŁŠَŲµْŁ…ُŲŖْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47). Oleh karena itu, selayaknya setiap orang yang berbicara dengan suatu perkataan atau kalimat, merenungkan apa yang akan ia ucap. Jika memang ada manfaatnya, barulah ia berbicara. Jika tidak, hendaklah dia menahan lisannya.”
Dalam Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Tidak ada perkataan yang bersifat pertengahan antara bicara dan diam. Yang ada, suatu ucapan boleh jadi adalah kebaikan sehingga kita pun diperintahkan untuk mengatakannya. Boleh jadi suatu ucapan mengandung kejelekan sehingga kita diperintahkan untuk diam.”
Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar selain Dia. Tidak ada di muka bumi yang lebih berhak untuk dipenjara dalam waktu yang lama daripada lisan.” (Dinukil dari Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)
Ibnul Mubarok ditanya mengenai nasehat Luqman pada anaknya, lantas beliau berkata, “Jika berkata (dalam kebaikan) adalah perak, maka diam (dari berkata yang mengandung maksiat) adalah emas.” (Dinukil dari Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)
Diam itu lebih baik daripada berbicara sia-sia bahkan mencela atau mencemooh yang mengandung maksiat.
Itulah manusia, ia menganggap perkataannya tidak berdampak apa-apa, namun di sisi Allah bisa jadi perkara besar. AllahTa’ala berfirman,
ŁˆَŲŖَŲ­ْŲ³َŲØُŁˆŁ†َŁ‡ُ Ł‡َŁŠِّŁ†ًŲ§ ŁˆَŁ‡ُŁˆَ Ų¹ِŁ†ْŲÆَ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ Ų¹َŲøِŁŠŁ…ٌ
“Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. An Nur: 15). Dalam Tafsir Al Jalalain dikatakan bahwa orang-orang biasa menganggap perkara ini ringan. Namun, di sisi Allah perkara ini dosanya amatlah besar.

badan malas gak ada ilmu yg datang

Ada sebuah kisah yang menarik yang dibawakan oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A'lamin Nubala' yang bisa jadi motivasi bagi setiap penuntut ilmu. Kisahnya adalah sebagai berikut:
ŁˆŁ‚Ų§Ł„ Ų§Ł„Ų±Ų§Ų²ŁŠ: ŁˆŲ³Ł…Ų¹ŲŖ Ų¹Ł„ŁŠ ŲØŁ† Ų£Ų­Ł…ŲÆ Ų§Ł„Ų®ŁˆŲ§Ų±Ų²Ł…ŁŠ ŁŠŁ‚ŁˆŁ„: Ų³Ł…Ų¹ŲŖ Ų¹ŲØŲÆ Ų§Ł„Ų±Ų­Ł…Ł† ŲØŁ† Ų£ŲØŁŠ Ų­Ų§ŲŖŁ… ŁŠŁ‚ŁˆŁ„: ŁƒŁ†Ų§ ŲØŁ…ŲµŲ± Ų³ŲØŲ¹Ų© Ų£Ų“Ł‡Ų±، Ł„Ł… Ł†Ų£ŁƒŁ„ ŁŁŠŁ‡Ų§ Ł…Ų±Ł‚Ų©، ŁƒŁ„ Ł†Ł‡Ų§Ų±Ł†Ų§ Ł…Ł‚Ų³Ł… Ł„Ł…Ų¬Ų§Ł„Ų³ Ų§Ł„Ų“ŁŠŁˆŲ®، ŁˆŲØŲ§Ł„Ł„ŁŠŁ„: Ų§Ł„Ł†Ų³Ų® ŁˆŲ§Ł„Ł…Ł‚Ų§ŲØŁ„Ų©.
Ł‚Ų§Ł„: ŁŲ£ŲŖŁŠŁ†Ų§ ŁŠŁˆŁ…Ų§ Ų£Ł†Ų§ (1) ŁˆŲ±ŁŁŠŁ‚ Ł„ŁŠ Ų“ŁŠŲ®Ų§، ŁŁ‚Ų§Ł„ŁˆŲ§: Ł‡Łˆ Ų¹Ł„ŁŠŁ„، ŁŲ±Ų£ŁŠŁ†Ų§ ŁŁŠ Ų·Ų±ŁŠŁ‚Ł†Ų§ Ų³Ł…ŁƒŲ© Ų£Ų¹Ų¬ŲØŲŖŁ†Ų§، ŁŲ§Ų“ŲŖŲ±ŁŠŁ†Ų§Ł‡، ŁŁ„Ł…Ų§ ŲµŲ±Ł†Ų§ Ų„Ł„Ł‰ Ų§Ł„ŲØŁŠŲŖ، Ų­Ų¶Ų± ŁˆŁ‚ŲŖ Ł…Ų¬Ł„Ų³، ŁŁ„Ł… ŁŠŁ…ŁƒŁ†Ų§ Ų„ŲµŁ„Ų§Ų­Ł‡، ŁˆŁ…Ų¶ŁŠŁ†Ų§ Ų„Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ł…Ų¬Ł„Ų³، ŁŁ„Ł… Ł†Ų²Ł„ Ų­ŲŖŁ‰ Ų£ŲŖŁ‰ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ Ų«Ł„Ų§Ų«Ų© Ų£ŁŠŲ§Ł…، ŁˆŁƒŲ§ŲÆ Ų£Ł† ŁŠŲŖŲŗŁŠŲ±، ŁŲ£ŁƒŁ„Ł†Ų§Ł‡ Ł†ŁŠŲ¦Ų§، Ł„Ł… ŁŠŁƒŁ† Ł„Ł†Ų§ ŁŲ±Ų§Ųŗ Ų£Ł† Ł†Ų¹Ų·ŁŠŁ‡ Ł…Ł† ŁŠŲ“ŁˆŁŠŁ‡.
Ų«Ł… Ł‚Ų§Ł„: Ł„Ų§ ŁŠŲ³ŲŖŲ·Ų§Ų¹ Ų§Ł„Ų¹Ł„Ł… ŲØŲ±Ų§Ų­Ų© Ų§Ł„Ų¬Ų³ŲÆ (2).



Ar Rozi berkata, "Aku pernah mendengar 'Ali bin Ahmad Al Khawarizmi menyatakan bahwa beliau pernah mendengar bahwa 'Abdurrahman bin Abu Hatim bercerita,


"Kami pernah berada di Mesir selama tujuh bulan dan kami tidak pernah menyantap makanan berkuah. Pada setiap siang, kami menghadiri majelis para Syaikh. Sedangkan di malam hari, kami menyalin pelajaran dan mendiktekannya kembali. Pada suatu hari, aku bersama sahabatku ingin menemui seorang guru (Syaikh). Namun di tengah perjalanan, ada yang berkata bahwa guru tersebut sedang sakit. Lantas di tengah perjalanan, kami melihat ikan yang menarik hati kami. Kami pun membelinya. Ketika tiba di rumah, ternyata datang lagi waktu bermajelis, sehingga kami belum sempat mengolah ikan yang dibeli tadi. Kami pun langsung berangkat ke majelis. Demikian terus berlangsung hingga tiga hari. Akhirnya ikan itu membusuk. Lantas kami pun memakannya seperti itu dalam keadaan mentah. Saat itu kami tidak sempat memberikannya kepada seseorang untuk membakarnya. Kemudian 'Abdurrahman bin Abu Hatim berkata, "Laa yustatho'ul 'ilmu bi rohatil jasad" (Ilmu -agama- tidaklah bisa diraih dengan badan yang bersantai-santai). (Siyar A'lamin Nubala', 13/266)

Saudaraku ... inilah kisah dari ulama salaf dahulu sebagai motivasi bagi kita saat ini. Beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari sepenggal kisah di atas:

1. Perlu pintar-pintar membagi waktu antara urusan dunia dan urusan agama.

2. Setiap orang memang akan sibuk dengan urusan dunianya untuk mencari penghidupan, namun mereka punya kewajiban untuk mempelajari agama. Terlebih lagi ada ilmu yang setiap individu wajib mempelajarinya yang membuat Islamnya sah dan tidak sampai meninggalkan kewajiban atau menerjang larangan Allah.

3. Di saat kita berada di sekeliling ahli ilmu, maka kita jangan sampai melalaikan dari menimba ilmu dari mereka. Semisal ketika kita berada di sekeliling ahli ilmu di Saudi sana, saat kita menimba ilmu di tanah Arab, itu adalah waktu terbaik untuk meraih ilmu diin (ilmu agama) karena jika kita kembali ke negeri sendiri tidak mungkin kita mendapatkan ilmu semisal di sini. Setiap waktu kita saat itu mesti pintar-pintar dibagi.

4. Waktu teramat berharga, terlebih lagi bagi seorang penuntut ilmu. Sedetik pun jangan sampai dilewatkan dalam ilmu, amalan dan dakwah.

5. Ilmu agama tidak bisa diraih dengan badan yang bersantai-santai atau bermalas-malasan. Seluruh kemampuan yang kita curahkan untuk belajar Islam, itu belum tentu kita bisa meraih semua ilmu. Apalagi jika kita hanya mencurahkan separuh atau kurang dari itu.

6. Setiap orang beriman atau seorang penuntut ilmu diin akan mendapati cobaan dalam hidupnya. Seperti kisah di atas, mereka mendapati cobaan sampai memakan ikan yang busuk karena tidak ada santapan lainnya dan karena semakin sibuknya waktu untuk belajar.

Semoga Allah menganugerahkan waktu kita terus terisi dengan hal yang bermanfaat dan berpahala serta terisi terus dengan belajar Islam hingga liang lahad.

Kaya "Insya ALLAH", Sehat "Yes"


Sebagian orang mungkin merasakan penuh kesusahan tatkala ia kekurangan harta atau punya banyak hutang sehingga membawa pikiran dan tidur tak nyenyak. Padahal ia masih diberi kesehatan, masih kuat beraktivitas. Juga ia masih semangat untuk beribadah dan melakukan ketaatan lainnya. Perlu diketahui bahwa nikmat sehat itu sebenarnya lebih baik dari nikmat kaya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ł„Ų§َ ŲØَŲ£ْŲ³َ ŲØِŲ§Ł„ْŲŗِŁ†َŁ‰ Ł„ِŁ…َŁ†ِ Ų§ŲŖَّŁ‚َŁ‰ ŁˆَŲ§Ł„ŲµِّŲ­َّŲ©ُ Ł„ِŁ…َŁ†ِ Ų§ŲŖَّŁ‚َŁ‰ Ų®َŁŠْŲ±ٌ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„ْŲŗِŁ†َŁ‰ ŁˆَŲ·ِŁŠŲØُ Ų§Ł„Ł†َّŁْŲ³ِ Ł…ِŁ†َ Ų§Ł„Ł†ِّŲ¹َŁ…ِ

“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia adalah bagian dari nikmat.” (HR. Ibnu Majah no. 2141 dan Ahmad 4/69, shahih kata Syaikh Al Albani)

Orang Kaya Lagi Bertakwa

As Suyuthi rahimahullah menjelaskan bahwa orang kaya namun tidak bertakwa maka akan binasa karena ia akan mengumpulkan harta yang bukan haknya dan akan menghalangi yang bukan haknya serta meletakkan harta tersebut bukan pada tempatnya. Jika orang kaya itu bertakwa maka tidak ada kekhawatiran seperti tadi, bahkan yang datang adalah kebaikan.

Benarlah kata Imam As Suyuthi. Orang yang kaya namun tidak bertakwa akan memanfaatkan harta semaunya saja, tidak bisa memilih manakah jalan kebaikan untuk penyaluran harta tersebut. Akhirnya harta tersebut dihamburkan foya-foya.

Hadits di atas juga menunjukkan bahwa tidak mengapa seorang muslim itu kaya asalkan bertakwa, tahu manakah yang halal dan haram, ia mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram. Terdapat hadits dari Jabir bin ‘Abdillah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ų£َŁŠُّŁ‡َŲ§ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų³ُ Ų§ŲŖَّŁ‚ُŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡َ ŁˆَŲ£َŲ¬ْŁ…ِŁ„ُŁˆŲ§ ŁِŁ‰ Ų§Ł„Ų·َّŁ„َŲØِ ŁَŲ„ِŁ†َّ Ł†َŁْŲ³ًŲ§ Ł„َŁ†ْ ŲŖَŁ…ُŁˆŲŖَ Ų­َŲŖَّŁ‰ ŲŖَŲ³ْŲŖَŁˆْŁِŁ‰َ Ų±ِŲ²ْŁ‚َŁ‡َŲ§ ŁˆَŲ„ِŁ†ْ Ų£َŲØْŲ·َŲ£َ Ų¹َŁ†ْŁ‡َŲ§ ŁَŲ§ŲŖَّŁ‚ُŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡َ ŁˆَŲ£َŲ¬ْŁ…ِŁ„ُŁˆŲ§ ŁِŁ‰ Ų§Ł„Ų·َّŁ„َŲØِ Ų®ُŲ°ُŁˆŲ§ Ł…َŲ§ Ų­َŁ„َّ ŁˆَŲÆَŲ¹ُŁˆŲ§ Ł…َŲ§ Ų­َŲ±ُŁ…َ

"Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram." (HR. Ibnu Majah no. 2144, dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani).

Sehat Bagi Orang Bertakwa

Sehat bagi orang bertakwa lebih baik daripada kaya harta. Karena kata para ulama bahwa sehatnya jasad bisa menolong dalam beribadah. Jadi sehat sungguh nikmat yang luar biasa. Sedangkan orang yang sudah kepayahan dan tua renta akan menghalanginya dari ibadah, walaupun ia memiliki harta yang melimpah. Jadi sehat itu lebih baik dari kaya karena orang yang kaya sedangkan ia dalam keadaan lemah (sudah termakan usia) tidak jauh beda dengan mayit.

Sungguh mahal untuk membayar ginjal agar bisa berfungsi baik. Banyak harta yang mesti dikeluarkan agar paru-paru dapat bekerja seperti sedia kala. Agar lambung bekerja normal, itu pun butuh biaya yang tidak sedikit. Namun terkadang agar organ-organ tubuh tadi bisa bekerja dengan baik seperti sedia kala tidak bisa diganti dengan uang. Di kala organ tubuh yang ada itu sehat, mari kita manfaatkan dalam ketaatan. Jangan sampai ketika datang sakit atau organ tersebut tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya, baru kita menyesal.

Rajin bersyukurlah pada Allah tatkala diberi kesehatan walaupun mungkin harta pas-pasan. Rajin-rajinlah bersyukur dengan gemar lakukan ketaatan dan ibadah yang wajib, maka niscaya Allah akan beri kenikmatan yang lainnya. Syukurilah nikmat sehat sebelum datang sakit. Ingatlah sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Ų§ِŲŗْŲŖَŁ†ِŁ…ْ Ų®َŁ…ْŲ³ًŲ§ Ł‚َŲØْŁ„َ Ų®َŁ…ْŲ³ٍ : Ų“َŲØَŲ§ŲØَŁƒَ Ł‚َŲØْŁ„َ Ł‡َŲ±َŁ…ِŁƒَ ، ŁˆَŲµِŲ­َّŲŖَŁƒَ Ł‚َŲØْŁ„َ Ų³َŁ‚َŁ…ِŁƒَ ، ŁˆَŲŗِŁ†َŲ§Ų”َŁƒَ Ł‚َŲØْŁ„َ ŁَŁ‚ْŲ±ِŁƒَ ، ŁˆَŁِŲ±َŲ§ŲŗَŁƒَ Ł‚َŲØْŁ„َ Ų“ُŲŗْŁ„ِŁƒَ ، ŁˆَŲ­َŁŠَŲ§ŲŖِŁƒَ Ł‚َŲØْŁ„َ Ł…َŁˆْŲŖِŁƒَ

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok, 4/341, dari Ibnu ‘Abbas. Hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

Cerianya Hati

Hati yang bahagia juga termasuk nikmat. Meskipun hidup di bawah jembatan, penuh kesusahan, hidup pas-pasan, namun hati bahagia karena dekat dengan Allah, maka itu adalah nikmat. Nikmat seperti ini tetap harus disyukuri meski kesulitan terus mendera. Ingatlah letak bahagia bukanlah pada harta, namun hati yang selalu merasa cukup, yaitu hati yang memiliki sifat qona’ah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ł„َŁŠْŲ³َ Ų§Ł„ْŲŗِŁ†َŁ‰ Ų¹َŁ†ْ ŁƒَŲ«ْŲ±َŲ©ِ Ų§Ł„ْŲ¹َŲ±َŲ¶ِ ، ŁˆَŁ„َŁƒِŁ†َّ Ų§Ł„ْŲŗِŁ†َŁ‰ ŲŗِŁ†َŁ‰ Ų§Ł„Ł†َّŁْŲ³ِ

“Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hatiu yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051)

Doa Agar Tetap Diberi Kesehatan

Dari 'Abdullah bin 'Umar, dia berkata, "Di antara doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah:

Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُŁ…َّ Ų„ِŁ†ِّŁ‰ Ų£َŲ¹ُŁˆŲ°ُ ŲØِŁƒَ Ł…ِŁ†ْ Ų²َŁˆَŲ§Ł„ِ Ł†ِŲ¹ْŁ…َŲŖِŁƒَ ŁˆَŲŖَŲ­َŁˆُّŁ„ِ Ų¹َŲ§ŁِŁŠَŲŖِŁƒَ ŁˆَŁُŲ¬َŲ§Ų”َŲ©ِ Ł†ِŁ‚ْŁ…َŲŖِŁƒَ ŁˆَŲ¬َŁ…ِŁŠŲ¹ِ Ų³َŲ®َŲ·ِŁƒَ

“ALLOOHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN ZAWAALI NI'MATIK, WA TAHAWWULI 'AAFIYATIK, WA FUJAA'ATI NIQMATIK, WA JAMII'I SAKHOTHIK” [Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu]. (HR. Muslim no. 2739).



Wallahu waliyyut taufiq. Semoga Allah senantiasa memberi kita kemudahan untuk taat padanya dan menjauhi maksiat, serta moga kita terus diberi nikmat sehat.

Mencari orang jujur itu sulit

Mencari orang yang jujur di zaman ini amatlah sulit. Sampai pun ia rajin shalat, jidadnya terlihat rajin sujud (karena saking hitamnya), belum tentu bisa memegang amanat dengan baik. Ada cerita yang kami saksikan di desa kami.

Seorang takmir masjid yang kalau secara lahiriyah nampak alim, juga rajin menghidupkan masjid. Namun belangnya suatu saat ketahuan. Ketika warga miskin mendapat jatah zakat dan disalurkan lewat dirinya, memang betul amplop zakat sampai ke tangan si miskin. Tetapi di balik itu setelah penyerahan, ia berkata pada warga, "Amplopnya silakan buka di rumah (isinya 100.000 per amplop). Namun kembalikan untuk saya 20.000." Artinya, setiap amplop yang diserahkan asalnya 100.000, namun dipotong sehingga tiap orang hanya mendapatkan zakat 80.000. Padahal dari segi penampilan tidak ada yang menyangka dia adalah orang yang suka korupsi seperti itu. Tetapi syukurlah, Allah menampakkan belangnya sehingga kita jadi tahu tidak selamanya orang yang mengurus masjid itu termasuk orang-orang yang jujur.

Perintah untuk Berlaku Jujur

Dalam beberapa ayat, Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berlaku jujur. Di antaranya pada firman Allah Ta’ala,
ŁŠَŲ§ Ų£َŁŠُّŁ‡َŲ§ Ų§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ Ų¢َŁ…َŁ†ُŁˆŲ§ Ų§ŲŖَّŁ‚ُŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡َ ŁˆَŁƒُŁˆŁ†ُŁˆŲ§ Ł…َŲ¹َ Ų§Ł„ŲµَّŲ§ŲÆِŁ‚ِŁŠŁ†َ

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At Taubah: 119).

Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
ŁَŁ„َŁˆْ ŲµَŲÆَŁ‚ُŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡َ Ł„َŁƒَŲ§Ł†َ Ų®َŁŠْŲ±ًŲ§ Ł„َŁ‡ُŁ…ْ

“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)

Dalam hadits dari sahabat 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Ų¹َŁ„َŁŠْŁƒُŁ…ْ ŲØِŲ§Ł„ŲµِّŲÆْŁ‚ِ ŁَŲ„ِŁ†َّ Ų§Ł„ŲµِّŲÆْŁ‚َ ŁŠَŁ‡ْŲÆِŁ‰ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„ْŲØِŲ±ِّ ŁˆَŲ„ِŁ†َّ Ų§Ł„ْŲØِŲ±َّ ŁŠَŁ‡ْŲÆِŁ‰ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„ْŲ¬َŁ†َّŲ©ِ ŁˆَŁ…َŲ§ ŁŠَŲ²َŲ§Ł„ُ Ų§Ł„Ų±َّŲ¬ُŁ„ُ ŁŠَŲµْŲÆُŁ‚ُ ŁˆَŁŠَŲŖَŲ­َŲ±َّŁ‰ Ų§Ł„ŲµِّŲÆْŁ‚َ Ų­َŲŖَّŁ‰ ŁŠُŁƒْŲŖَŲØَ Ų¹ِŁ†ْŲÆَ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŲµِŲÆِّŁŠŁ‚ًŲ§ ŁˆَŲ„ِŁŠَّŲ§ŁƒُŁ…ْ ŁˆَŲ§Ł„ْŁƒَŲ°ِŲØَ ŁَŲ„ِŁ†َّ Ų§Ł„ْŁƒَŲ°ِŲØَ ŁŠَŁ‡ْŲÆِŁ‰ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„ْŁُŲ¬ُŁˆŲ±ِ ŁˆَŲ„ِŁ†َّ Ų§Ł„ْŁُŲ¬ُŁˆŲ±َ ŁŠَŁ‡ْŲÆِŁ‰ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų±ِ ŁˆَŁ…َŲ§ ŁŠَŲ²َŲ§Ł„ُ Ų§Ł„Ų±َّŲ¬ُŁ„ُ ŁŠَŁƒْŲ°ِŲØُ ŁˆَŁŠَŲŖَŲ­َŲ±َّŁ‰ Ų§Ł„ْŁƒَŲ°ِŲØَ Ų­َŲŖَّŁ‰ ŁŠُŁƒْŲŖَŲØَ Ų¹ِŁ†ْŲÆَ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁƒَŲ°َّŲ§ŲØًŲ§

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ŲÆَŲ¹ْ Ł…َŲ§ ŁŠَŲ±ِŁŠŲØُŁƒَ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ł…َŲ§ Ł„Ų§َ ŁŠَŲ±ِŁŠŲØُŁƒَ ŁَŲ„ِŁ†َّ Ų§Ł„ŲµِّŲÆْŁ‚َ Ų·ُŁ…َŲ£ْŁ†ِŁŠŁ†َŲ©ٌ ŁˆَŲ„ِŁ†َّ Ų§Ł„ْŁƒَŲ°ِŲØَ Ų±ِŁŠŲØَŲ©ٌ

“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200, hasan shahih). Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa.

Basyr Al Haafi berkata,
Ł…Ł† Ų¹Ų§Ł…Ł„ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲØŲ§Ł„ŲµŲÆŁ‚، Ų§Ų³ŲŖŁˆŲ­Ų“ Ł…Ł† Ų§Ł„Ł†Ų§Ų³

"Barangsiapa yang berinteraksi dengan Allah dengan penuh kejujuran, maka manusia akan menjauhinya." (Mukhtashor Minhajil Qoshidin, 351). Karena memang jujur itu begitu asing saat ini, sehingga orang yang jujur dianggap aneh.

Perintah untuk Menjaga Amanat

Allah Ta'ala berfirman,
Ų„ِŁ†َّ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡َ ŁŠَŲ£ْŁ…ُŲ±ُŁƒُŁ…ْ Ų£َŁ†ْ ŲŖُŲ¤َŲÆُّŁˆŲ§ Ų§Ł„ْŲ£َŁ…َŲ§Ł†َŲ§ŲŖِ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ų£َŁ‡ْŁ„ِŁ‡َŲ§

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya" (QS. An Nisa': 58)

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Ų£َŲÆِّ Ų§Ł„Ų£َŁ…َŲ§Ł†َŲ©َ Ų„ِŁ„َŁ‰ Ł…َŁ†ِ Ų§Ų¦ْŲŖَŁ…َŁ†َŁƒَ

"Tunaikanlah amanat kepada orang yang menitipkan amanat padamu." (HR. Abu Daud no. 3535 dan At Tirmidzi no. 1624, hasan shahih)

Khianat ketika diberi amanat adalah di antara tanda munafik. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Ų¢ŁŠَŲ©ُ Ų§Ł„ْŁ…ُŁ†َŲ§ŁِŁ‚ِ Ų«َŁ„Ų§َŲ«ٌ Ų„ِŲ°َŲ§ Ų­َŲÆَّŲ«َ ŁƒَŲ°َŲØَ ، ŁˆَŲ„ِŲ°َŲ§ ŁˆَŲ¹َŲÆَ Ų£َŲ®ْŁ„َŁَ ، ŁˆَŲ„ِŲ°َŲ§ Ų§Ų¤ْŲŖُŁ…ِŁ†َ Ų®َŲ§Ł†َ

"Ada tiga tanda munafik: jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanat, ia khianat." (HR. Bukhari no. 33)

Jadi, jika dititipi amanat, jagalah amanat tersebut itu dengan baik. Jangan sampai dikorupsi, jangan sampai dikurangi dan masuk kantong sendiri. Ingatlah ancaman dalam dalil di atas sebagaimana dikata munafik.

Kunci Utama

Kunci utama agar kita menjaga amanat ketika dititipi uang misalnya, sehingga tidak dikorupsi atau dikurangi adalah dengan memahami takdir ilahi. Ingatlah bahwa setiap orang telah ditetapkan rizkinya. Allah tetapkan rizki tersebut dengan adil, ada yang kaya dan ada yang miskin. Allah tetapkan ada yang berkelebihan harta dari lainnya, itu semua dengan kehendak Allah karena Dia tahu manakah yang terbaik untuk hamba-Nya. Sehingga kita hendaklah mensyukuri apa yang Allah beri walaupun itu sedikit.
Ų§Ł„Ł„Ł‡ُ Ł„َŲ·ِŁŠŁٌ ŲØِŲ¹ِŲØَŲ§ŲÆِŁ‡ِ ŁŠَŲ±ْŲ²ُŁ‚ُ Ł…َŁ†ْ ŁŠَŲ“َŲ§Ų”ُ ŁˆَŁ‡ُŁˆَ Ų§Ł„Ł‚َŁˆِŁŠُّ Ų§Ł„Ų¹َŲ²ِŁŠŲ²ُ

“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)

Allah Ta'ala berfirman,
ŁˆَŁ„َŁˆْ ŲØَŲ³َŲ·َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُ Ų§Ł„Ų±ِّŲ²ْŁ‚َ Ł„ِŲ¹ِŲØَŲ§ŲÆِŁ‡ِ Ł„َŲØَŲŗَŁˆْŲ§ ŁِŁŠ Ų§Ł„ْŲ£َŲ±ْŲ¶ِ ŁˆَŁ„َŁƒِŁ†ْ ŁŠُŁ†َŲ²ِّŁ„ُ ŲØِŁ‚َŲÆَŲ±ٍ Ł…َŲ§ ŁŠَŲ“َŲ§Ų”ُ Ų„ِŁ†َّŁ‡ُ ŲØِŲ¹ِŲØَŲ§ŲÆِŁ‡ِ Ų®َŲØِŁŠŲ±ٌ ŲØَŲµِŁŠŲ±ٌ

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27) Ibnu Katsir rahimahullah lantas menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/278)

Jika setiap orang memahami hal di atas, maka sungguh ia tidak akan korupsi, tidak akan menipu dan lari dari amanat. Realita yang kami saksikan sendiri menunjukkan bahwa mencari orang yang jujur itu amat sulit di zaman ini. Kita butuh menyeleksi dengan baik jika memberi amanat pada orang lain. Hanya dengan modal iman dan takwa-lah serta merasa takut pada Allah, kita bisa memiliki sifat jujur dan amanat.


Moga Allah Memberi Akhlak Mulia
Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ُŁ…َّ Ų„ِŁ†ِّŁ‰ Ų£َŲ¹ُŁˆŲ°ُ ŲØِŁƒَ Ł…ِŁ†ْ Ł…ُŁ†ْŁƒَŲ±َŲ§ŲŖِ Ų§Ł„Ų£َŲ®ْŁ„Ų§َŁ‚ِ ŁˆَŲ§Ł„Ų£َŲ¹ْŁ…َŲ§Ł„ِ ŁˆَŲ§Ł„Ų£َŁ‡ْŁˆَŲ§Ų”ِ
“Allahumma inni a’udzu bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ [Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar].” (HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)
Wallahu waliyyut taufiq.

The Power of sedekah

Dikisahkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Turmudzi dan Ahmad, sbb :

Tatkala Allah menciptakan bumi, maka bumipun bergetar. Lalu Allah menciptakan gunung dengan kekuatan yang yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumipun terdiam.
Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya, “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari gunung?”

Allah menjawab, “Ada, yaitu besi” (kita mahfum bahwa gunung batu sekalipun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi)

Malaikat bertanya lagi, “ Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari besi?”

Allah yang Maha Suci menjawab, “Ada, yaitu api.” (besi, bahkan baja akan lumer jika dipanaskan oleh api)

Malaikat kembali bertanya, “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu, yang lebih kuat dari api?”

Allah menjawab, “Ada, yaitu air.” (api sebesar apapun akan padam jikalau disiram oleh air)

Malaikat lantas kembali bertanya, “Ya Rabbi, adakah dalam penciptaan-Mu, yang lebih kuat dari air?”

Allah yang Maha Bijaksana menjawab, “Ada, yaitu angin.” (air di laut akan terangkat ketika badai datang menerjang)

Kemudian malaikat kembali bertanya, “Ya Alloh, adakah dalam penciptaan-Mu, yang lebih dahsyat dari semuanya?”

Allah Maha Segalanya menjawab, “Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan SEDEKAH dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.”

Artinya, yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.

RasulAllah mengingatkan dalam pidatonya, ketika beliau sampai di Madinah pada waktu hijrah dari Makkah : “Wahai segenap manusia! Sesungguhnya amal itu tergantung kepada NIAT, dan seseorang akan mendapat (pahala) sesuai dengan yang diniatkannya”.

Gambaran (Deskripsi) Wajah Rasulullah SAW

Meski saat ini wajah Rasululah tidak pernah akan digambarkan secara nyata tetapi bayangan wajah beliau akan ada dalam pikiran umatnya sebagai wajah yang dipenuhi cahaya kelembutan dan kasih sayang, karena beliau adalah pembawa Rahmat bagi sekalian alam, maka wajah beliau penuh kasih sayang, demikian pula ucapan beliau saw, perangai, tingkah laku, dan bahkan bimbingan beliau saw pun penuh dengan kasih sayang Allah swt. Apa yang dimiliki oleh Rasulullah itu merupakan suatu kelebihan yang diberikan oleh Allah swt langsung kepada hambaNya yang dipilih.

Rasulullah SAW memiliki wajah yang sentiasa ceria bersinar, menyimpan keagungan dan kewibawaan.Setiap org yg menatap wajah nya akan bergetar hatinya.. Dan ini termasuk salah satu mukjizat yang baginda miliki sebab hal ini tidak mungkin dapat dimiliki oleh manusia biasa.

* Keagungan inilah yang oleh Hindun binti Halah dalam manggambarkan sifat-sihat nabi, dikatakan sebagai agung dan penuh wibaa seperti yang diriwayatkan oleh At-Timirdzi.
* Ali Karamahu Wajhah pernah berkata: “Siapa yang melihatnya sepintas lalu pasti akan terpegun kerana kewibawaannya.”
* Ibnu Majah meriwayatkan: “ Ada seseorg datang menghadap Nabi SAW dengan menggigil ketakutan lalu Rasulullah SAW berkata; “Tidak ada apa-apa tenangkankan lah hatimu.”
* Tatkala Amer bin Ash menghadap Nabi SAWuntuk yang pertama kali ia berkata: “Aku tidak sanggup menatap wajahnya, kalau sekiranya org bertanya kepadaku tentang sifat-sifat baginda, seraya tidak sanggup aku menceritakannya kerana mataku tidak sanggup menatap wajahnya.” SUBHANALLAH!
* At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abi Halah,BAHAWA BILA Nabi SAW tengah berbicara maka semua sahabat yang berada di sekelilingnya tenang, sambil menundukkan kepala, seolah-olah kepala sedang dihinggapi burung.
* Memang sahabat Nabi SAW tidak dapat wajah baginda dgn tajam,kerana keagungan dan kewibawaannya yang dapat menceritakan dan menggambarkan sifat dan rupa beliau adalah mereka yg masih kecil atau yg berada di bawah asuhannya sebelum masa kenabiannya, seperti Hindun binti Abi Halah dan Ali r.a.
* Diceritakan oleh Ali Mas’ud Albadriy tentang apa yang ia dialami sendiri:Tatkala aku sedang mengajar seorg hambaku tiba-tiba ku dengar suara dari arah belakang, mulanya aku tidak memperdulikannya kerana amarahku sedang meluap kiranya itulah Rasulullah SAW setelah kutatap wajahnya maka tanpa kusedari cemeti yang yg ku pegang jatuh ke tanah, baginda berkata kepadaku: “Demi Allah.Tuhan dapat berbuat kepda dirimu melebihi dari apa yg engkau lakukan sekarang ini.” Maka dengan suara tersendat-sendat aku berkata:”Ya Rasulullah.Demi Allah aku tidak akan mengajar lagi hambalu ini sesudah ini.”
* Ada seorg wanita namanya Qiblah binti Makhramah ia menuturkan: “ Aku pernah melihat Rasulluah SAW duduk dgn tekunnya tiba-tiba ada rasa takut menyelinap dalam hatiku, dan aku pun, menggigil ketakutan, kemudian terdenagar suara org berkata:” Ya Rasulullah ,Kesihan benar wanita itu, ia menggigil ketakutan terhadap dirimu.” Maka beliau yang tampan itu melihat diriku kerana aku berada di belakang punggungnya seraya berkata: Kasihan benar dirimu tenangkanlah hatimu.” Setelah kudengar perkataan itu,segera lenyap rasa takut dari hatiku.
* Adapun pancaran nurani yg menghiasi keindahan dan keagungan Nabi Muhammad SAW sebagai yang tersebutpada sifta-sifat dan gambaran wajahnya, maka itu pun dalam erti yang hakiki.

Dalam sebuah hadits, seorang sahabat berkata bahwa pada suatu ketika di malam purnama yang terang benderang, ia berkali-kali memandang antara wajah rasulullah SAW dan rembulan. Maka, didapatinya, bahwa wajah Rasul terkasih adalah lebih indah dari rembulan, subhanallah. Mahasuci Allah yang telah menempatkan kita di bumi-Nya yang terhampar luas. Mahaagung Ia yang memikulkan di atas pundak kita, amanah untuk menjadi pemakmur bumi, Maha Terpuji Keadilannya, yang telah memberi kita dua bekal utama, kitab yang berisi wahyu-wahyu-Nya, dan manusia yang menjadi rasul-rasul-Nya. Rasul adalah utusan Allah. Ia manusia biasa, sebagaimana juga yang lainnya. Keberadaannya adalah agar manusia tahu, bagaimana mesti bersikap selama di dunia. Hidup kita, sesungguhnya adalah masalah. Ketika kita menerima kesepakatan dengan Allah SWT, untuk lahir ke dunia, maka masalah dimulai. Sepanjang hidup, kita dirundung olehnya. Bahkan kematian, bukanlah akhir dari masalah. Justru kematian adalah gerbang pembuka menuju masalah terbesar yang mesti kita hadapi, yaitu perhitungan dengan Allah, untuk ditentukan kemana kita menghabiskan waktu selamanya. Di neraka, lembah kebinasaan tak berkesudahan.u1:p> o:p>

Hidup memang masalah. Banyak kesulitan melanda, tidak sedikit celah keputus-asaan menganga. Namun manusia beruntung, sebab Allah Mahaadil. Hidup memang susah, namun Allah membuatnya mudah, yaitu dengan mengutus Rasul-rasul-Nya. �Dan tidak kami utus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam�. (Q.S. Al Anbia [21] : 107). Kita yang hidup di akhir zaman, mendapat tantangan luar biasa berat. Melaksanakan amanah untuk menjadi khalufatul fil ardl, bagai menggenggam bara panas. Akan tetapi semua itu telah ada dalam perhitungan Allah, sehingga untuk hamba-hamba-Nya diakhir zaman, Allah utus seorang Rosul mulia, yang seluruh sifat yang ada pada Rosul-rosul sebelumnya. Kecerdasan Nabi Daud, ketabahan Nabi Ayyub, Ketampanan Nabi Yusuf, kedermawanan Nabi Ibrahim, dan seterusnya. Dialah Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT membuka kesempatan pada hamba-hamba yang ingin mendekat pada-Nya, melalui diri sang Rosul panutan umat. Semakin mirip yang hamba lakukan dengan Rosululloh, maka dekat kedudukan dia dengan Allah. Sebab memang untuk itulah Rosul diutus. Buat menjadi contoh, bagaimana semestinya bersikap.Agar dapat dengan Allah, agar hidup menjadi ringan, meski syarat akan beban. Allah SWT dalam hal ini menjelaskan dalam firman-Nya, �Dan sesungguhnya Rosul Allah itu menjadi ikutan (tauladan) yang baik untuk kamu dan untuk orang yang mengharapkan menemui Allah di hari kemudian dan yang mengingati Allah Sebanyak-banyaknya.� {Q.S. Al Ahzab[33]:21}. Maka, mengenal Rosululloh, adalah kekayaan yang tak ternilai harganya bagi kita. Rosululloh sungguh-sungguh dicipta oleh Allah untuk menjadi tauladan. Diamnya, pembicaraannya pula tindakan-tindakannya, dari ujung rambut sampai pangkal kakinya, semuanya pelajaran, seluruhnya adalah referensi berharga pembawa jalan keselamatan bagi yang mengikutinya.

Rasulullah, amat pemurah akan senyum. Seorang sahabat mengatakan bahwa tak pernah Rasulullah memandang (tentu saja sahabat yang bercerita ini adalah dari kalangan lelaki, sebab Rasulullah amat menjaga diri dari perempuaan non muslim,sekalipun hanya dari melihatnya) atau mendatanginya, melainkan senantiasa dengan tersenyum. Bibir tipisnya senantiasa menyungging indah,� lahir dari keinginan tulus membahagiakan orang lain.

Seorang lelaki bertanya kepada Albarra? bin Azib ra : “Apakah wajah Rasul saw seperti pedang ?” (bukankah beliau banyak berperang, apakah wajahnya bengis bak penguasa kejam?), maka menjawablah Albarra? bin Azib ra : “Tidak.. tapi bahkan wajah beliau bagai Bulan Purnama..”, (kiasan tentang betapa lembutnya wajah beliau yang dipenuhi kasih sayang) (Shahih Bukhari hadits no.3359, hadits serupa Shahih Ibn Hibban hadits no.6287).

Diriwayatkan oleh Jabir bin samurah ra :“wajah beliau saw bagaikan Matahari dan Bulan” (Shahih Muslim hadits no.2344, hadits serupa pada Shahih Ibn Hibban hadits no.6297), demikian pula riwayat Sayyidina Ali.kw, yang mengatakan : “seakan akan Matahari dan Bulan beredar di wajah beliau saw”. (Syamail Imam Tirmidzi), demikian pula diriwayatkan oleh Umar bin khattab ra bahwa “Rasul saw adalah manusia yang bibirnya paling indah”.

Al Imam Alhafidh Syeikh Abdurrahman Addeba?I mengumpulkan ciri ciri sang Nabi saw :“Beliau saw itu selalu dipayungi oleh awan dan diikuti oleh kabut tipis, hidung beliau saw lurus dan indah, Bibirnya bagaikan huruf Miim (kiasan bahwa bibir beliau tak terlalu lebar tak pula sempit dan sangat indah), Kedua alisnya bagaikan huruf Nuun, (kiasan bahwa alis beliau itu tebal dan sangat hitam dan bersambung antara kiri dan kanannya)”.

Dari Abi Jahiifah ra : “Para sahabat berebutan mengambil telapak tangan beliau dan mengusapkannya di wajah mereka, ketika kutaruh telapak tangan beliau saw diwajahku ternyata telapak tangan beliau saw lebih sejuk dari es dan lebih wangi dari misik” (Shahih Bukhari hadits no.3360).

Berkata Anas ra : “Tak kutemukan sutra atau kain apapun yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah saw, dan tak kutemukan wewangian yang lebih wangi dari keringat dan tubuh Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.3368). “Kami tak melihat suatu pemandangan yg lebih menakjubkan bagi kami selain Wajah Nabi saw”. (Shahih Bukhari hadits no.649 dan Muslim hadits no.419)“Ketika perang Uhud wajah Rasul saw terluka dan mengalirkan darah segar, maka putrinya yaitu Sayyidah Fathimah ra mengusap darah tersebut dan Sayyidina Ali kw memegangi beliau saw, namun ketika terlihat darah itu terus mengalir, maka diambillah tikar dan dibakar, maka debunya ditaburkan diluka itu, maka darahpun terhenti”. (Shahih Bukhari hadits no.2753).

Dari anas bin malik ra : “Dan saat itu dirumah hanya aku, ibuku dan bibiku, lalu selepas shalat beliau berdoa untuk kami dengan kebaikan Dunia dan Akhirat, lalu Ibuku berkata : “doakan pelayanmu ini wahai Rasulullah..” (maksudnya Anas ra), maka Rasul saw mendoakanku dan akhir doanya adalah : “Wahai Allah Perbanyak Hartanya dan keturunannya dan berkahilah” (Shahih Muslim hadits no.660).

“Dan beliau saw itu adalah manusia yg terindah wajahnya, dan terindah akhlaknya” (Shahih Bukhari hadits no.3356) . “Dan beliau saw itu adalah manusia yg termulia dan manusia yg paling dermawan, dan manusia yang paling berani saw” (Shahih Bukhari hadits no.5686).

Dari Abu Hurairah ra : “Wahai Rasulullah.., bila kami memandang wajahmu maka terangkatlah hati kami dalam puncak kekhusyu’an, bila kami berpisah maka kami teringat keduniawan, dan mencium istri kami dan bercanda dengan anak anak kami” (Musnad Ahmad Juz 2 hal.304, hadits no.8030 dan Tafsir Ibn katsir Juz 1 hal.407 dan Juz 4 hal.50).

7 Manusia Yang Mendapatkan Perlindungan Allah SWT

Berkata Abu Hurairah r.a : bahwa Nabi saw telah bersabda:”Ada tujuh kelompok yang akan mendapat perlindungan Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya.Mereka adalah pemimpin yang adil, anak muda yang senantiasa beribadah kepada Allah Azza wa Jalla,seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan mesjid,dua orang yang saling mencintai karena Allah,yakni keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah,seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan lalu ia menjawab: “Sungguh aku takut kepada Allah”,seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya,dan seseorang yang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian ia mencucurkan air mata”. (H.R.Bukhary – Muslim)
Hadits ini menjelaskan bahwa pada hari kiamat ada tujuh tipe atau golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan Allah swt., yaitu :

1. Pemimpin yang adil Menjadi pemimpin yang adil itu tidaklah mudah, butuh pengorbanan pikiran,perasaan, harta, bahkan jiwa. Dalam ajaran Islam, kepemimpinan bukanlah fasilitas namun amanah. Kalau kita menganggap kepemimpinan atau jabatan itu sebagai fasilitas, kemungkinan besar kita akan memanfaatkan kepemimpinan itu
sebagai sarana memperkaya diri tanpa menghiraukan aspek halal atau aharam.Sebaliknya, kalau kita menganggap kepemimpinan atau jabatan itu sebagai amanah, kita akan melaksanakan kepemimpinan itu dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab. Nah, untuk melaksanakan kepemimpinan dengan cara yang amanah itu tidaklah mudah,Karena itu logis kalau kita menjadi pemimpin yang adil,Allah akan memberi perlindungan di akhirat kelak.
2. Anak muda yang saleh Masa muda adalah masa keemasan karena kondisi fisik masih prima. Namun diakui bahwa ujian pada masa muda itu sangat beragam dan dahsyat. Oleh sebab itu, apabila ada anak muda yang mampu melewati masa keemasannya dengan taqarrub (mendekatkan) diri kepada-Nya, menjauhkan diri dari berbagai kemaksiatan, serta mampu mengendalikan nafsu syahwatnya, Allah akan memberikan perlindungan-Nya pada hari kiamat.Ini merupakan imbalan dan penghargaan yang Allah berikan kepada anak-anak muda yang saleh.
3. Orang yang hatinya terikat pada mesjid Kalimat “seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan mesjid”seperti yang disebutkan hadits di atas, paling tidak menunjukkan dua pengertian. Pengertian pertama, orang-orang yang kapan dan di manapun berada selalu ingin memakmurkan tempat ibadah. Pengertian kedua, orang-orang yang tidak pernah melalaikan ibadah di tengah kesibukan apapun yang dijalaninya.
4. Bersahabat karena Allah Poin ini terambil dari kalimat “dua orang yang saling mencintai karena Allah, yakni keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah”. Bersahabat karena Allah swt. maksudnya kita mencintai seseorang atau membencinya bukan karena faktor harta, kedudukan, atau hal-hal lain yang bersifat material,namun murni semata-mata karena Allah swt. Kalau sahabat kita berbuat baik,
kita mendukungnya, dan kalau berbuat salah kita mengingatkannya, bahkan kita berani meninggalkannya kalau sekiranya sahabat tersebut akan menjerumuskan kita pada gelimang dosa dan maksiat. Inilah yang dimaksud dengan persahabatan karena Allah.
5. Mampu menghadapi godaan lawan jenis “Seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh seorang wanita bangsawan lagi rupawan lalu ia menjawab: “Sungguh aku takut kepada Allah.” Kalimat ini menggambarkan bahwa kalau kita mampu menghadapi godaan syahwat dari lawan jenis, maka kita akan mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat. Di sini
digambarkan seorang laki-laki yang digoda wanita bangsawan nan rupawan tapi dia menolak ajakannya bukan karena tidak selera kepada wanita itu, namun karena takut kepada Allah. Jadi, rasa takut kepada Allahlah yang menjadi benteng laki-laki tersebut, sehingga tidak terjerembab pada perbuatan maksiat. Karena itu Allah memberikan penghargaan pada hari kiamat dengan memberikan pertolongan-Nya. Di sini diumpamakan laki-laki yang digoda wanita, namun sangat mungkin wanita pun digoda laki-laki.
6. Ihklas dalam beramal “Seseorang yang mengeluarkan sedekah lantas disembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.” Ini gambaran keihlasan dalam beramal. Saking ihklasnya dalam beramal sampai-sampai tangan kiri pun tidak tahu apa yang diinfakkan atau disumbangkan oleh tangan kanannya. Pertanyaannya, bolehkah kita bersedekah
sambil diketahui orang lain, bahkan nama kita dipampang di koran?
Boleh saja, asalkan benar-benar kita niatkan karena Allah swt., bukan karena cari popularitas. Perhatikan ayat berikut, ” Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikannya itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.Al-Baqarah 2: 271)
7. Zikir kepada Allah dengan khusyu “Seseorang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi, kemudian ia mencucurkan air mata.” Zikir artinya mengingat Allah. Kalau seseorang berdo’a dengan khusyu hingga tak terasa air mata menetes karena sangat nikmat berzikir dan munajat kepada-Nya, maka Allah akan memberikan pertolongan kepadanya pada hari kiamat kelak.

CARA BERTAUBAT DENGAN BENAR

Taubat bisa diartikan sebagai kesadaran, penyesalan, dan usaha yang sungguh-sungguh agar kenyataan buruk (kesalahan) yang dialami tidak terulang kembali. Taubat bisa diibaratkan seperti seseorang yang badannya terkena kotoran/noda -yang tentu saja mengandung banyak bakteri dan kuman- kemudian ia sadar akan keberadaan kotoran itu. Dan karena ia tak ingin terkena dampak buruk dari kotoran (kuman/bakteri yang terkandung di dalamnya) tersebut, maka ia berusaha keras untuk menghilangkannya. Misal dengan cara mandi menggunakan air yang cukup dan aneka sabun pembersih yang ampuh, kemudian orang itu pun berusaha untuk menghindarkan tubuhnya dari terkena kotoran itu kembali.
Jika Anda bertanya,
Apa gunanya bertaubat?
maka tanyakanlah kepada diri Anda sendiri,
Apa gunanya Anda mandi tiap hari -yang sebanyak 3x itu?
Bisa dibayangkan bila kotoran yang melekat dibadan itu tidak dibersihkan maka akan menimbulkan beberapa penyakit pada badan. Akibat buruk dari kotoran tersebut sangat beragam, tergantung seberapa serius kotoran itu, yang menandakan seberapa ganasnya bakteri/kuman yang terkandung di dalamnya. Ada banyak tingkatan kotoran/noda/kuman. Kotoran sapi memiliki tingkatan yang jauh lebih rendah daripada kotoran yang disebabkan air liur anjing. Karena -seperti kita tahu secara umum- di dalam kotoran sapi tak ada bakteri/kuman penyebab penyakit syaraf (gila). Sedangkan, dalam hal noda yang disebabkan jilatan anjing, terdapat bakteri/kuman penyebab penyakit saraf, rabies (anjing gila). Sebab itu dalam hal pembersihannya pun berbeda (metode/cara penanggulangannya).
Nah, begitu juga dengan taubat. Kebutuhan kita akan taubat sama halnya dengan kebutuhan kita akan mandi, atau kebutuhan kita akan obat di saat kita sakit. Dosa merupakan noda/penyakit yang melekat pada hati (jiwa). Dosa perlu dibersihkan dari hati/jiwa Anda jika Anda menginginkan perasaan (hati/jiwa) yang sehat, fresh, damai, tenang, tentram, sejahtera, dan perasaan positif lainnya.
Ada banyak tingkatan dosa, dan biasanya dikategorikan berdasarkan tingkat kesalahannya, yakni dosa kecil dan dosa besar. Sehingga, metode pembersihannya pun berbeda. Artikel ini hanya akan membahas metode pembersihan dosa secara umum, meliputi pembersihan (taubat) paling cepat, praktis, dan efisien.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seseorang sebelum bertaubat. Hal ini dimaksudkan agar taubatnya itu menjadi sempurna (terpenuhi/diterima) sehingga pada akhirnya dosa-dosanya benar-benar diampuni oleh Allah Yang Maha Esa Beberapa hal bertaubat adalah:
Pertama adalah kesadaran akan keberadaan dosa-dosanya. Sebelum seseorang bertaubat, ia harus menyadari keberadaan dosa di dalam hatinya. Kesadaran akan diperoleh dengan cara merenung. Oleh sebab itu, renungkanlah setiap hal yang telah Anda lakukan, dengan cara bertanya, mengapa? Untuk apa? . Keberadaan dosa dalam diri seseorang bisa dideteksi dengan adanya gejala-gejala umum sebagai berikut, yaitu:
1. Kegelisahan perasaan (sedih, kesal, kecewa, selalu tidak puas, egois, rakus, dll)
2. Kekacauan pikiran (pusing, runyam, mumet, semrawut, stres, frustasi, depresi, dll)
3. Aneka kesedihan (terkena penyakit, bangkrut, kecelakaan, dll)
Dan sekiranya seseorang tak dapat melakukan hal itu -yakni menyadari keberadaan dosanya, maka ketahuilah bahwa tak ada manusia yang benar-benar bersih dalam kehidupan ini. Nabi Muhammad sendiri ber-istighfar (berzikir memohon ampunan) sebanyak ±60x dalam sehari. Apa lagi dengan manusia semacam kita-kita yang sepertinya secara notabene telah menganut faham “Tiada hari tanpa berbuat dosa”
Kedua adalah tidak menganggap remeh terhadap dampak buruk dari dosa-dosanya tersebut. Tak boleh ada anggapan remeh terhadap dosa (kesalahan) -meskipun hal itu dosa kecil- yang telah kita perbuat (apatah lagi terhadap dosa besar?!!)
Ketiga adalah sungguh-sungguh dalam memohon ampunan atas dosa-dosanya. Ini bisa dilakukan dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib secara rutin sebagaimana telah disebutkan di dalam rukun Islam. Ibadah wajib tersebut meliputi Shalat, zakat, puasa Ramadan, dan haji (bila mampu) . Ibadah tersebut harus dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, yakni dengan perlengkapan peribadatan yang halal, kemudian lakukan se-khusuk (konsentrasi) mungkin, dan harus dengan niat yang ikhlas (mengharap pahala dari Allah). Ibadah wajib ini lah yang sebenarnya merupakan metode pembersihan dosa yang paling cepat, praktis dan efisien.
Keempat adalah tidak berputus asa. Sekalipun seseorang itu memiliki dosa sepenuh bumi, maka hendaklah ia tidak berputus asa untuk bertaubat. Ampunan Allah sangatlah luas. Allah mengampuni semua dosa, kecuali dosa karena syirik (menyekutukan Allah dengan lainnya, seperti menganggap Tuhan itu Bertiga, menganggap ada yang menandingi Sifat Allah, dan wujud persekutuan lainnya yang tak pantas disandangkan kepada-Nya), dosa jenis ini hanya bisa dibersihkan dengan cara berhenti berbuat syirik.
Jika seseorang telah bertaubat, lalu berbuat dosa lagi, maka bertobatlah lagi, dan jika berbuat dosa lagi maka bertaubatlah lagi, dan seterusnya. Sampai kapan? Tentu saja sampai ia menyelesaikan kehidupannya (mati). Sama seperti kita yang mandi tiap hari. Sampai kapan kita mandi? Tentu saja sampai kita berhenti hidup (mati). Karena kalau sampai kita berhenti mandi di saat masih hidup, huh, bau dong! Dan kita akan mudah terserang penyakit. Begitu juga dengan taubat, kalau kita berhenti bertaubat selama kita masih hidup, maka akan banyak penimbunan dosa di hati kita… yang ujung-ujungnya kita sendiri yang terkena dampak negatifnya (gelisah, stress, frustasi, emosional, dll).
Ketahuilah, kita tak akan pernah bisa terlepas dari ragam kesalahan (paling tidak yang terkecil sekalipun), seperti tubuh kita yang tak akan pernah bisa terlepas dari kotoran/noda/polusi lingkungan sekitar, yang mengharuskan kita mandi tiap hari. Begitu pula dengan sebab keharusan kita bertaubat setiap hari dan di setiap ada kesempatan.
Allah menerima Taubat (permohonan ampun) hambanya selama nafasnya belum sampai di kerongokongan (sekarat mau mati), artinya selama ia masih punya kesempatan untuk bertaubat, lalu melakukan taubat, maka kemungkinan besar akan diampuni oleh-Nya (diterima taubatnya). Namun, ketika seorang yang berdosa tidak melakukan taubat hingga ajal menjemputnya, maka tak ada Taubat lagi baginya.
Lalu, berapa lama jangka waktu (tempo) yang kita miliki untuk bertaubat? Jawabannya, sangat panjang, yakni seumur hidup kita. Sebab itu, hanya orang-orang yang mati dalam keadaan “belum bertaubat” lah yang pantas untuk menyesal dan berputus asa. Sedangkan kita ‘kan masih hidup, ngapain capek-capek harus menyesal ketika sudah mati (dan dimasukkan ke Neraka)?
Sebelum nasi menjadi bubur, masih bisa dilakukan perubahan. Selama masih ada kesempatan, kita masih bisa merubah keadaan diri kita. Sekarang tergantung diri kita sendiri, mau bertaubat -sebagai wujud perbaikan kesalahan dan penghapusan dosa kita- atau mau memperparah keadaan kita. Orang pintar itu selalu melihat peluang, namun orang yang benar-benar jenius itu selalu berusaha menggunakan peluangnya sebaik (maksimal) mungkin tanpa memperhatikan berapa kegagalan yang telah ia peroleh.
________________________________________
Begitulah cara bertaubat. Anda tak boleh menganggap remeh perkara taubat ini, karena taubat adalah kebutuhan ruhaniah (jiwa) Anda. Sama halnya dengan perkara mandi, Apakah Anda pernah menganggap sepele tentang mandi? Anda –sebagai orang sehat- tentu akan memperhatikan secara detil tentang masalah pembersihan badan (mandi) ini. Anda akan memperhatikan jenis sabun yang akan digunakan, juga kualitas air (keasamannya, dan ada tidaknya zat pencemar di dalamnya), dsb. Nah, itulah juga yang diperlukan dalam taubat. Perhatikanlah ibadah Anda, renungkanlah wujud pengabdian Anda kepada Allah.
Kita harus melakukan Taubat setiap hari dan di setiap ada kesempatan, seperti halnya kita membersihkan tubuh kita setiap hari (yakni dengan cara mandi) dan saat kita menyadari akan keberadaan kotoran padanya (yakni dengan cara membasuhnya).
Jiwa adalah sesuatu yang sangat sensitif. Dan Anda harus selalu merawatnya dengan cara membersihkan dan berusaha menghilangkan beragam penyakit di dalamnya (penyakit hati). Inilah yang harus Anda lakukan jika Anda menganggap jiwa Anda sebagai sesuatu yang berharga.
Hidup itu sangat fleksibel. Meskipun manusia itu tak bisa mengubah masa lalunya, namun ia SELALU bisa mengubah masa depannya dengan kesempatan yang ia miliki. Dengan satu pengecualian saja, yakni, kecuali jika dia tak mau mengubahnya.

BERSUMPAH ATAS NAMA ALLAH

Bersumpah Atas Nama Allah
Mungkin memang sedang tren, pejabat publik yang sedang menghadapi kasus sering bersumpah atas nama Allah. Tak kurang, juga dibumbui dengan linangan air mata. Tapi ketika ada 2 pernyataan yang bertentangan dan kedua-duanya bersumpah atas nama Allah, siapa yang benar diantara keduanya? Mungkinkah salah satunya berbohong?
Mengapa Kita Gampang Bersumpah Atas Nama Allah
Bersumpah atas nama Allah adalah “senjata” utama ketika orang meragukan kata-kata seseorang. Ketika menyebut nama Allah itulah, orang lain tidak bisa berkata apapun lagi, sekalipun pernyataan si empunya diragukan. Bersumpah atas nama Allah untuk membuat orang percaya banyak dilakukan manusia untuk tujuan:
1. Membohongi orang untuk percaya pada pernyataannya.
2. Menyombongkan diri terhadap sesuatu yang tidak ia lakukan.
3. Menghindari tuntutan janji yang telah ia ucapan tapi ia langgar.
Bersumpahlah Yang Benar atau Diam
Bersumpah atas nama selain Allah memang dilarang dalam islam, seperti hadist nabi berikut:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.“Artinya : Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla melarang kalian bersumpah atas nama nenek moyang kalian ; barangsiapa yang ingin bersumpah, maka bersumpahlah atas nama Allah atau lebih biak diam” [Al-Bukhari secara ringkas dalam kitab Manaqib Al-Anshar 3836, Muslim di dalam kitab Al-Iman III : 1646]
Konsekuensi Bersumpah Atas Nama Allah Dengan Kebohongan.
Bersumpah atas nama Allah tapi ia berbohong, atau tidak menepati membuahkan konsekuensi orang tersebut tidak akan lagi dipercaya; sekalipun ia berkata benar. Hal itu karena kebiasaannya berbohong dan melanggar.Selain itu, ia juga merugikan orang lain yang percaya terhadap sumpahnya. Lalu percaya dan melakukan hal-hal yang akhirnya salah bahkan terjerembab dalam dosa.Bukankah hal ini juga terjadi pada nabi Adam? Ketika setan bersumpah atas nama Allah, dan Nabi Adam sama sekali tidak percaya akan ada makhluk Allah yang bersumpah atas nama-Nya dan berbohong. Inilah konsekuensi yang umat manusia hadapi sekarang, terlempar dari surga akibat sumpah palsu setan.


NAMA : BELLA OKTARIANI
KELAS : XI IPA 2

MEMANGGIL DENGAN SEBUTAN YANG TIDAK BAIK

Allah Swt. berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain). Seruan ayat ini ditujukan kepada kaum Mukmin secara keseluruhan. Akan
tetapi, yang pertama kali diseru adalah kalangan laki-laki. Kata qawm pada frasa
ini menunjuk kepada laki-laki. Menurut az-Zamakhsyari, al-Razi, al-Alusi dan
an-Nasafi, hal itu karena laki-laki merupakan qawm atas urusan para wanita
sebagaimana ditetapkan dalam QS an-NisaĆ¢ [4]: 34.

Ditegaskan oleh Abu Hayyan al-andalusi, kendati digunakan bentuk jamak (qawm dan
nisa'a), kandungan ayat itu juga berlaku untuk tiap-tiap individu. Penggunaan
bentuk jamak itu seolah-olah ada seseorang yang mengejek atau mengolok-olok
pihak lain dalam suatu majelis, lalu orang-orang lain ikut tertawa dengan
ucapannya; atau dia menyampaikan kepada banyak orang, lalu mereka turut
tertawa.

Ibnu Jarir ath-Thabari menegaskan, hukum itu mencakup semua tindakan yang
termasuk dalam cakupan makna as-sukhriyyah. Karena itu, haram seorang Mukmin
mengolok-olok Mukmin lainnya, baik disebabkan oleh kemiskinan, dosa yang
dikerjakan maupun sebab lainnya.

Ada juga yang berupa perbuatan yang dilarang. Di antaranya adalah yang
digariskan dalam ayat ini.
Pertama: dilarang melakukan tindakan yang
mengolok-olok saudaranya. Bagi pihak yang diejek, tindakan tersebut tentu tidak
menyenangkan. Secara naluriah memang tidak ada seorang pun yang senang
ditertawakan, diejek, diremehkan, atau dihinakan orang lain. Terlebih jika
pelakunya tidak lebih baik dari dirinya. Jika tidak bisa menahan diri, dia pun
akan marah dan membalas tindakan serupa. Akibatnya pertengkaran pun akan terjadi di antara mereka.

Kedua: tidak dibolehkan mencela saudaranya sekalipun celaan itu faktual. Apalagi
celaan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Bagi pihak yang dicela, tindakan itu
dapat menimbulkan sakit hati. Celaan itu pun bisa berbuntut pada pertikaian di
antara kaum Mukmin.

Ketiga: tidak boleh saling panggil dengan panggilan yang buruk. Laqab (julukan
atau gelar) biasanya diambil dari sifat yang menonjol dan tetap pada seseorang.
Memanggil seseorang dengan sifatnya yang buruk berarti melekatkan sifat itu
secara permanen kepada seseorang. Padahal bisa jadi sifat buruk itu sudah
ditinggalkan dan dikubur dalam-dalam. Tak menutup kemungkinan, dia akan membalas
dengan panggilan senada. Itu pun bisa menjadi benih permusuhan di antara mereka.
Kaum Muslim justru diperintahkan memanggil saudaranya dengan panggilan yang dia senangi.
Rasulullah saw. bersabda:
Ada tiga perkara yang menggambarkan kecintaanmu kepada saudaramu: kamu
mengucapkan salam kepadanya ketika bertemu dengannya; meluaskan tempat untuknya
dalam majelis; memanggilnya dengan nama yang paling disukainya (HR al-Hakim )